JAKARTA- Pernyataan Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDIP Effendy Simbolon yang dinilai melecehkan bangsa Melayu, terus menuai kritik dan kecaman. Para tokoh dan mahasiswa Riau serta Kepulauan Riau juga mengajukan protes serta mendesak Effendy meminta maaf.

Selain para tokoh melayu, kritikan dan desakan agar Effendy Simbolon meminta maaf ke masyarakat khususnya warga Melayu, juga datang dari beberapa pemuda berdarah batak baik yang berada di Jakarta maupun di Riau.

Salah seorang Pemuda berdarah Batak di Pekanbaru, Roy Manurung kepada GoRiau.com, (GoNews Group) mengatakan, pernyataan Effendi Simbolon tersebut merupakan ancaman bagi kerukunan, persatuan dan kesatuan masyarakat di daerah.

Menurutnya, Effendi justru merusak harmoni kehidupan yang digalakkan oleh Presiden RI yakni Nawa Cita. "Nawacita Jokowi jelas berarti Harmoni. Nah, politisi seperti Effendi ini baiknya diberikan sanksi atas ancaman terhadap nasionalisme kebangsaan," ujar Roy Manurung, Jumat (12/02/2016).

Menurut Roy, daripada masyarakat terpecah belah, sebaik Majelis Kehormatan Dewan (MKD) memanggil dan memproses Effendi Simbolon atas sikapnya melukai rakyat.

"Harus diproses di MKD juga di internal partainya," tegas Roy.

Penggiat Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika ini menyesalkan sikap seorang politisi yang 'menabrak' norma-norma' keberagaman. "Saya sendiri berdarah Batak, dimana pun berada harus menjaga mulut dan lidah saya dari ucapan yang menyinggung orang lain. Kok bisa seorang anggota DPR bisa bicara seperti itu," jelasnya.

Nada yang sama juga disampaikan pemuda Batak Riau lainya, Jazuli Sinaga yang saat ini sedang menjalani pendidikan di Jakarta. Menurut Sinaga, diluar sebagai seorang politisi, Effendy Simbolon dianggap telah menciderai undang-undang tentang rasis.

"Yang jelas dia sudah bikin malu orang kita Batak bang, kalau dibiarkan bahaya ini. Seharusnya dia sadar, Indonesia ini mempunyai slogan yang jelas yakni Bhineka Tunggal Ika. Dia wajib hukumnya meminta maaf," pungkas Sinaga. ***