BENGKALIS, GORIAU.COM - Masyarakat harus belajar dari Pemilu-pemilu sebelumnya. Pengalaman adalah guru yang berharga, jika ada kesalahan yang telah dibuat, jangan sampai terulang kedua kali. Demikian Ketua Forum Peduli Bengkalis, Muhammad Rozali mengingatkan pemilih dalam menghadapi Pemilu 2014.

''Pemilu-pemilu sebelumnya hendaknya menjadi pengajaran berharga bagi masyarakat. Terlena dengan uang Rp 50 ribu, berdampak kepada kualitas dan komitmen para wakil rakyat yang berjanji getol memperjuangkan nasib rakyat. Sekarang semua ada rakyat, sudah duduk jadi dewan, rakyat entah kemana dia entah kemana,'' imbuh Rozali.

Jargon politik jelang pemilu lesgislatif tahun 2014 mendatang bakal marak dan beragam. Berbagai trik jitu mulai dipasang oleh sang calon Legislatif (Caleg), ada yang tabur senyum, tabur uang, rajin menyambangi masyarakat di ceruk kampung, pamer visi misi jika terpilih sebagai wakil rakyat dan banyak lagi. Masyarakat dituntut bijak menyikapi fenomena lima tahunan tersebut. Salah pilih, maka lima tahun akan merasakan dampaknya.

“Banyak cara yang dilakukan para calon untuk menarik simpati masyarakat. Kalau dulu lagaknya minta ampun sekarang menunduk-nunduk mengalahkan “si bongkok”. Terserah gaya apa yang ingin dipakai, dipilih tidaknya masyarakat yang punya suara,” katanya.

Terkait politik uang seperti itu kata Rozali, tak salah kalau masyarakat tetap mengambilnya. Tapi tidak menjadi kewajiban bagi masyarakat untuk memberikan hak suaranya saat pemilu mendatang. “Kalau dikasi ya ambil, disuruh pilih ya tunggu dulu. Kalau oke tak soal, tapi kalau sekedar calon dan selama ini track recordnya sudah kita ketahui, untuk apa dipilih,” sarannya.

Menjadi wakil rakyat memang menjadi pilihan yang menggiurkan. Kendati masa kerja dibatasi hanya lima tahun, banyak cara yang dilakukan orang untuk bisa meraih posisi tersebut. Karena kalau bernasih mujur, masa lima tahun itu akan menjadi jembatan untuk priode-priode berikutnya.

Menjadi pilihan yang menggiurkan karena menjanjikan sejumlah “Kenikmatan dan Kemewahan”. Tengok saja, sejumlah anggota dewan yang selama lima tahun duduk sebagai wakil rakyat sama sekali tidak terdengar kiprahnya memperjuangkan kepentingan rakyat, tapi bisa hidup bergaya modis. Selain gaji, mereka juga menerima sejumlah tunjangan. Seperti tunjangan sewa rumah yang mencapai belasan juta per bulan (mengalahkan sewa setahun,red), mobil dinas dan berbagai tunjangan lagi.

“Itu kalau yang “lurus-lurus saja, bagaimana pula dengan dana aspirasi setiap tahunnya, belum lagi isu-isu tentang adanya oknum anggota dewan yang bermain proyek dan lainnya. Karena itupulalah, banyak orang yang berebut ingin menjadi anggota dewan, kendati dengan bekal pengetahuan dan kemampuan seadanya,” timpal Rozali lagi.

Terlepas dari berbagai persoalan tersebut, kata Rozali, menjadi anggota dewan atau wakil rakyat adalah hak semua warga negara yang memenuhi persyaratan. Masyarakatlah yang harus benar-benar bijak, mana calon yang benar-benar akan memperjuangkan nasib rakyat, mana pula yang sekedar mencari peruntungan pribadi dan kelompoknya saja. (jfk)