PEKANBARU, GORIAU.COM - Walau harga tandan buah segar (TBS) sawit di Riau sudah mulai naik akibat meningkatnya pembelian CPO dari China dan India, namun kondisi itu tidak serta merta akan melahirkan kegembiraan di tingkat petani. Pasalnya, banyak petani sawit Riau masih tergantung pada toko-toke sawit yang menjalankan bisnis seperti tengkulak. Dampaknya, berapapun harga yang ditetapkan tetap saja harga di tingkat petani non plasma akan rendah.

Menurut Sekretaris Asosiasi Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) Riau, Karya Muslimat kepada wartawan, Selasa (23/10/2012), Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau seharunya menyikapi turunnya harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang dikeluhkan petani.

Berbicara usai rapat penetapan harga TBS sawit di aula Dinas Perkebunan Riau, Karya Muslimat mengatakan, seharusnya ada pola baru yang ditawarkan Pemprov Riau agar petani sawit non plasma tidak terjerat pada tengkulak yang menawarkan berbagai fasilitas sebelum panen. Seperti yang dilakukan Pemkab Bengkalis yang mengeluarkan kebijakan dana talangan yang berguna saat terjadinya penurunan harga yang ekstrim.

Dikatakannya, secara kasat mata permainan harga TBS disebabkan adanya praktek tengkulak atau pengumpul yang membeli dari petani, sehingg ini menjadi pemicu terjadinya anjlok harga TBS. Harusnya, instansi terkait dapat menertibkan permainan tengkulak itu.

''pedagang pengumpul membeli TBS sawit petani dengan pembayaran cash atau lunas. Dan disini para pengumpul mendapatkan deleveri order (DO) yang diberi oknum pihak perusahaan. Ini yang harus segera ditertibkan, sehingganya petani tidak dirugikan ulah tengkulak,'' katanya.

Di kesempatan itu Muslimat mencontohkan, harga TBS sawit petani ini sudah ada ditetapkan melalui rapat tim. Seperti hal priode sekarang, dimana harga sawit ditetapkan Rp1.293,65 perkilo untuk usia 10 tahun keatas namun dikarena ada mata rantai yang tak beres, petani menerima hanya Rp800 perkilo.

''Pengumpul buah memang menjual harga TBS sawit sesuai ditetapkan tim. Tetapi, petani hanya menerima bersih Rp800 perkilo. Alasannya, atas hilang sisa dari harga ditetapkan itu untuk pengumpul dan para toke hanya mengambil keuntungan dari biaya transportasi angkutan,'' katanya.

Mata rantai inilah yang sebenarnya, diberantas sehingga ini petani tidak terus mengeluhkan turunnya harga TBS sawit akibat permainan para spekulan, toke dan pemegang DO pengumpul. (rdi)