SIAK SRI INDRAPURA, GORIAU.COM - Puluhan warga suku Sakai di Kecamatan Minas Kabupaten Siak memblokir akses masuk ke PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) yang berada di samping Masjid Alfatah, komplek CPI Minas, Jumat (17/10/14). Masa menuntut pembebasan lahan yang selama ini dikuasai PT CPI untuk pembangunan museum suku Sakai.

Informasi dari salah seorang warga Minas, aksi demo dimulai sekitar pukul 09.00 WIB. Melihat kedatangan puluhan masa, sekuriti yang bertugas menjaga pintu masuk komplek PT CPI segera menutup pintu gerbang. Saat orasi, warga Sakai mengancam akan menggembok pintu masuk jika tuntutan mereka diabaikan pihak perusahaan.

Ada tiga poin tuntutan yang mereka sampaikan kepada manajemen PT CPI yang tertulis di media kertas ukuran besar yang bunyinya,"Kami diam bukan karena tidak mampu kami kejam karena terganggu", "Kami minta lahan untuk museum bukan untuk pribadi", "Tolong hargai Sakai sebagai tuan rumah di kampung sendiri".

Kehadiran masa Sakai disambut Managemen PT CPI Minas, Camat Minas Afrizal, Kapolsek Minas Kompol Junjungan Hutapea dan Kades Minas Barat, Buyung. Beberapa orang perwakilan Sakai diajak berdiskusi di salah satu ruangan gedung PGPA Komplek CPI Minas.

Salah seorang perwakilan warga Sakai, Alam Ilahi meminta kepastian dari PT CPI terkait status lahan yang telah diminta masyarakat untuk pembangunan museum suku Sakai yang sampai saat ini belum ditanggapi pihak PT CPI. "Sebelumnya kami telah menyampaikan permohonan pembebasan lahan dari PT CPI, untuk dibangun museum. Kami butuh kepastian, jika CPI bisa membebaskan lahannya, kapan pembangunan museum ini bisa dimulai," ujar Alam Ilahi.

Menanggapi hal itu, Humas PT CPI Tiva Permata menjelaskan, pada prinsipnya CPI mendukung pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah untuk kepentingan masyarakat, karena semua fasilitas dan aset CPI adalah milik negara.

Dijelaskan Tiva, secara aturan CPI tidak memiliki kapasitas untuk membebaskan lahan kepada pihak lain tanpa melalui izin pemerintah. Selain itu, juga perlu dilakukan kajian tentang lahan yang ditunjuk, mengganggu atau tidak dengan operasi sumur terdekat.

"Kami perlu mengkaji permintaan penggunaan areal sumur Minas nomor satu, dengan melihat apakah ada kemungkinan penggunaan untuk mendukung kegiatan operasi saat ini. Pengkajian ini butuh waktu, dan hasilnya akan dikeluarkan melalui keputusan dari pimpinan CPI dan SKK Migas," jelasnya.

"Intinya, apa yang menjadi keinginan warga suku Sakai ini akan kita sampaikan kepada pimpinan agar ditindaklanjuti," tambahnya.

Usai mendengar penjelasan pihak PT CPI, akhirnya masa meninggalkan areal PT CPI dan menunggu sikap dari pimpinan PT CPI terkait tuntutan warga suku Sakai tersebut. Aksi demo warga suku Sakai ini mendapat pengawalan ketat dari puluhan personil kepolisian dari Polsek Minas dan Tualang.(nal)