PEKANBARU, GORIAU.COM - Sebagian warga Kota Pekanbaru, Riau, sejak beberapa hari lalu sudah mengevakuasi keluarganya ke beberapa daerah di Sumatera Barat. Langkah ini terpaksa mereka lakukan untuk mencegah keluarganya terbunuh kabut asap yang semakin tebal di Pekanbru.

Tingginya arus evakuasi warga Pekanbaru ke Sumbar dalam usaha untuk menyelamatkan nyawa dari bahaya kabut asap tersebut terlihat dari makin ramainya arus kendaraan bernomor polisi BM dari arah Pekanbaru menuju Sumbar setiap hari di jalur lintas barat Riau-Sumbar dalam beberapa hari belakangan.

Tingginya peningkatan arus kendaraan dari Pekanbaru ke Sumbar sejak dua minggu lalu juga disebabkan ramainya warga Riau menggunakan Bandara Internasional Minangkabau di Padang Pariaman, Sumbar, untuk berangkat ke berbagai kota di Indonesia, maupun ke luar negeri. Sebab, sejak sebulan lalu aktivitas di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru berulang kali lumpuh, bahkan sampai beberapa hari, akibat tebalnya kabut asap.

Maman (43), salah seorang warga Pekanbaru, mengaku terpaksa mengungsikan anak-anak dan istrinya ke rumah orangtuanya di Bukittinggi, sejak seminggu lalu, karena beberapa orang anaknya sudah terserang batuk dan pilek akibat kabut asap. Dia khawatir, kalau masih bertahan di Pekanbaru, kondisi kesehatan anak-anaknya akan semakin buruk. "Di Bukittinggi udaranya masih lumayan bersih. Kalau pun ada kabut asap, tidak separah di Pekanbaru," ungkap Maman di Pekanbaru, Senin (28/9).

Sementara Rudi (37), mengungsikan anak-anak dan istrinya ke Payakumbuh sejak beberapa hari lalu. "Lebih baik saya ungsikan dulu keluarga ke kampung, dari pada mati perlahan-lahan di Pekanbaru ini," ujar Rudi, Senin.

Rudi beraharap kepada Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru agar tetap meliburkan sekolah, selama kabut asap masih tebal. "Jangan seperti sebelumnya, dua hari libur, terus sekolah lagi. Satu hari masuk, terus diliburkan lagi. Kalau begini kan susah bagi kita yang mengungsikan anak-anak ke luar Pekanbaru. Sebaiknya libur saja dulu, hingga dipastikan kabut asap tidak akan tebal lagi," sambungnya.

Khairul (51), juga mengaku mengungsikan dua anaknya ke Sumbar, yakni ke Padangpanjang. ''Saya khawatir, kalau tidak segera diungsikan nanti anak-anak jadi sakit semua. Waktu dibawa pulang kampung itu pun sudah pada batuk pilek mereka. Alhamdulillah, kini sudah pada sehat, tapi saya belum berani membawanya kembali ke Pekanbaru, takut sakit lagi, karena asap makin tebal," kata Khairul.

Bila kabut asap tetap tebal, dipastikan akan lebih banyak lagi warga Pekanbaru mengungsi ke Sumbar. ''Kalau kabut asap tebal ini berlanjut, Pekanbaru ini bisa sunyi, karena sebagian warganya pada mengungsi ke Sumbar,'' sambung Khairul sambil tersenyum.

Level Berbahaya

Sebelumnya Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan enam daerah di Indonesia,termasuk Pekanbaru, dalam kondisi level berbahaya akibat kabut asap.

Sutopo mengatakan, berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Sabtu 26 September 2015, Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU) di beberapa kota berada pada level Berbahaya. Antara lain: Palangkaraya 1.912 gram per m3, Pekanbaru 401, Pontianak 602, Kampar 419, Bengkalis 429, dan Siak 527.

Nilai ini jauh di atas ambang batas minimum level berbahaya yaitu 350.(***)