BENGKALIS, GORIAU.COM - Bukan saja pada olahraga profesional istilah transfer maupun pemain bayaran muncul. Untuk lomba sekelas Musbaqah Tilawatil Quran juga sudah menjalar istilah qori transferan atau qori bayaran. Namun Pemkab Bengkalis, yang akan menjadi tuan rumah MTQ XXXI Riau, sudah mewanti-wanti tidak akan menerima qori bayaran, Bengkalis yakin dengan kemampuan putra putri daerah.

''Pemkab Bengkalis tidak akan mentolerir pihak-pihak yang melakukan jual beli qori/qoriah demi mendapat gelar juara pada ajang MTQ. Gelar juara memang didambakan semua orang, tapi bukan dengan cara tak fair,'' ujar Bupati Bengkalis yang diwakili Asisten II Setdakab Bengkalis H Arianto saat membuka pelatihan majelis hakim yang diselenggarakan Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kabupaten Bengkalis, Minggu (28/10/2012) malam.

Dikatakan Arianto untuk mendapatkan gelar juara, tak ada jalan lain selain melakukan persiapan matang dengan melatih qori-qoriah sedini mungkin dalam menghadapi MTQ akan jauh lebih terhormat ketimbang mendatangkan ataupun membeli qori/qoriah dari luar kabupaten Bengkalis.

Disamping akan mempermainkan agama, hal seperti itu juga tidak akan mencerminkan kemampuam daerah. Yang diinginkan justru bagaimana di kabupaten Bengkalis lahir qori-qori terbaik hafizh dan hafizah handal. Bukan sekedar dapat juara untuk kemudian qori-qoriahnya hilang atau kembali ke daerahnya.

Untuk itu kepada LPTQ maupun para patih dan majelis hakim, Arianto mengingatkan untuk tidak kasak kusuk mencari qori/qoriah dari luar, karena pimpinan atau Bupati Bengkalis sendiri tidak menginginkan hal seperti itu.

''Persiapkan qori/qoriah dari sekarang menghadapi MTQ propinsi Riau. Jangan sampai ada lagi kejadian seperti yang lalu dimana ada qori yang sudah mendapat juara mewakili kabupaten Bengkalis justru ikut pula MTQ di daerah lain. Dan yang penting lagi peran LPTQ ke depan mempersiapkan qori qoriah sedini mungkin. Jangan berpikir untuk ambil qori dari luar,'' ujar Arianto.

Ia juga meminta kepada majelis hakim untuk terus meningkatkan kualitas diri, sehingga saat bertindak sebagai juru pada MTQ nilai yang diberikan benar-benar objektif bukan karena tekanan atau ada sesuatu.

''Kalau saat ini menjadi majelis hakim pada MTQ tingkat kecamatan, dengan terus meningkatkan kualitas diri, bukan tidak mungkin menjadi hakim tingkat kabupaten, provinsi bahkan nasional. Dan pelatihan-pelatihan seperti yang dilaksanakan LPTQ merupakan ajang meningkatkan kualitas majelis hakim, karena itu ikuti dengan baik dan serius,'' ungkapnya.

Sementara ketua Harian LPTQ Kabupaten Bengkalis H Rozali Saidun mengutarakan pula keprihatinannya atas kasus qori kabupaten Bengkalis yang ternyata ikut juga MTQ di kabupaten lain. Ia menyebut jika sekarang juga sudah ada calo agama.

''Kita memang butuh juara pada setiap pelaksanaan MTQ, tapi yang paling diperlukan keberkahan dari Allah SWT. Kalau sudah seperti itu namanya bukan lagi mencari keberkahan tapi mencalokan agama. Yang bersangkutan sekarang sudah diblaclist sebagai qori kabupaten Bengkalis atas perintah bupati yang juga ketua umum LPTQ kabupaten Bengkalis,'' ungkap Rozali.

LPTQ, katanya lagi, akan terus berbenah dalam upaya mencetak qori qoriah terbaik dan menerapkan budaya baca alquran di masyarakat. Senada dengan Asisten II, Rozali juga mengingatkan kepada majljs hakim untuk menilai secara objektif saat menjadi juri dan tak ada rekayasa. Kalau itu dilakukan, keberkahan Allah akan didapat.

Pelatihan majelis hakim yang ditaja LPTQ kabupaten Bengkalis ini diikuti oleh para majelis hakim yang belum pernah mendapat pelatihan yang terdiri dari 40 orang. (jfk)