PEKANBARU, GORIAU.COM - Penerapan Kurikulum 2013 masih menjadi permasalahan mendasar dalam dunia pendidikan hampir di seluruh wilayah di Indonesia saat ini. Dimana kualitas guru dan ketersediaan buku yang khusus belum terpenuhi secara maksimal.

Demi menyicil berbagai kekurangan tersebut, Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau telah menyiapkan beberapa alternatif. Salah satunya dengan mendatangkan Instruktur Nasional (IN) untuk meningkatkan kualitas para guru dalam penerapan kurikulum baru tersebut.

Para instruktur tersebut nantinya akan disebarkan di seluruh kabupaten dan kota hingga tingkat kecataman di wilayah Riau. Namun Disdik belum bisa memastikan berapa instruktur yang akan didatangkan.

"Itu solusi terbaik dan juga sudah kita sampaikan kepada Pak Gubernur. Karena jika kita mencari guru yang benar-benar paham dan mengerti atas kurikulum 2013, itu sangat minim dan belum tercukupi," kata Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Dwi Agus Sumarno.

Dirinya tidak menampik jika guru yang bisa menerapkan kurikulum baru tersebut sangatlah sedikit di Riau. "Mudah-mudahan dengan solusi ini bisa memberikan nilai lebih kepada seluruh guru yang ada," harap Dwi.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau melalui Disdik akan tetap memberikan pendampingan dan pelatihan terhadap semua guru untuk penerapan kurikulum baru tersebut. Perubahan terutama diutamakan pada materi pembelajaran hingga penilaian. Mengingat banyak sekali perubahan dalam kedua metode tersebut.

Berdasarkan data, Kemendikbud melaksanakan kurikulum baru di 6.000 sekolah. Kurikulum 2013 dilakukan secara bertahap dan terbatas di kelas 1,4,7, dan 10 saja. Sebanyak 61.074 guru telah menerima pelatihan. Jumlah itu terdiri atas 572 orang instruktur nasional, 4.740 orang guru inti dan 55.762 guru sasaran.

Tahun ini ada 1,3 juta guru yang akan mengimplementasikan kurikulum baru di tahun ajaran 2014/2015. Salah satu yang akan diubah adalah pemilihan guru inti. Pada pelatihan tahun lalu, guru inti dipilih dan ditentukan pemerintah berdasarkan hasil uji kompetensi guru (UKG).

Selanjutnya mereka dilatih oleh instruktur nasional agar dapat mengajarkan kepada guru sasaran. Namun sistem tersebut tidak akan dilakukan lagi pada tahun ini.

Para guru belum paham mengenai kompetensi inti dan kompetensi dasar. Guru SD juga belum siap dengan pendekatan tematik integratif karena memerlukan perubahan paradigma mengajar guru. Penilaian proses dan hasil pembelajaran yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, menjadikan Kurikulum 2013 tidak lugas sehingga sukar dimengerti para guru.

Kemudian kurikulum 2013 dilaksanakan mendadak dan terburu-buru sehingga menunjukkan akurasi yang rendah. Selain itu, asumsi-asumsinya yang dibangun tidak berkorelasi secara logis dengan apa yang ada di bawahnya.***