JAKARTA, GORIAU.COM - Direktur Ekseskutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) Jajat Nurjaman mengatakan, rencana kebijakan pemerintah yang akan menaikan harga BBM dan mencabut subsidi gas elpiji 3 kg akan semakin menambah beban masyarakat. Pasalnya, dengan adanya kenaikan BBM saja imbasnya sangat luas pada kebutuhan pokok lainnya, belum lagi jika subsidi gas elpiji 3 kg di cabut.

Jajat menilai, naiknya kebutuhan pokok secara tidak langsung memaksa biaya pengeluaran masyarakat harus bertambah namun jika tidak di imbangi dengan pemasukan yang lebih tentu akan semakin merepotkan, sebagai contoh jika sekarang satu kali makan di warteg bisa sepuluh sampai lima belas ribu, mungkin pada april nanti bisa sampai 25.000/sekali makan. Apa ini tidak menyengsarakan rakyat?

''Sebaiknya pemerintah jika akan mengambil kebijakan lebih mengedepankan kepentingan rakyat terutama masyarakat menengah ke bawah, katanya Presiden Wong Cilik, kalau nyengasarain rakyat kecil bukan Presiden Wong Cilik namanya, tapi Presiden Pengusaha,'' ujar Jajat.

''Tidak elok jika seorang Presiden membanding - bandingkan kondisi rupiah melemah dengan kondisi saat rezim orba berkuasa. Pasalnya, kondisi saat itu berbeda dengan saat ini. Sekarang yang dibutuhkan rakyat adalah solusi nyata bukan hanya sebatas teori perbandingan rezim penguasa,'' tutup Jajat. (rls)