PASIRPANGARAIAN, GORIAU.COM - Bupati Rokan Hulu Achmad meminta seluruh masyarakat agar melestarikan adat istiadat asli Rokan Hulu. Hal ini penting supaya generasi penerus tidak kehilangan jati diri dalam menghadapi era globalisasi dan perkembangan tekhnologi informasi. Maklumat tersebut disampaikan Bupati Rokan Hulu saat menghadiri penakbalan pucuk Suku Pungkuik, satu dari suku nan tujuh di lapangan sepakbola Desa Muara Musu, Kecamatan Rambah Hilir, Rabu (26/11/2014).

Dalam penakbalan adat Suku Pungkui ini ada 7 perangkat pucuk suku yang dinakbalkan gelar adatnya yaitu, pucuk suku Abdul Manas K diberi gelar Datuk Tumenggong Kayo, Sukong pucuk dijabat Iskandar Zein bergelar Datuak Nodo Angso, dubalang dijabat Hamin P bergelar Dubalang Rajo,

Selanjutnya, Ketua Urang Sumado tukang pucuk dijabat Nasarudin gelar Datuk Mantaro Rajo, datuk adat dijabat Zul Jamah Lil gelar datuk Majo Omeh, sukong datuk dijabat Kamarzamah gelar Datuk Majo Bungsu dan ketua urang sumando dijabat Anizar gelar datuk Malin Mudo.

Turut hadir dalam proses penakbalan ini, Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Rokan Hulu T Rafli Armien Bergelar Datuk Mojolelo, Kepala Dinas, Badan dan Kantor, tokoh adat, tokoh agama, ninik mamak, anak kemenakan dan masyarakat Desa Muara Musu.

''Penakbalan gelar adat merupakan salah satu wujud pelestarian pusaka nenek moyang yang wajib diteruskan dari generasi ke generasi,'' Kata Achmad.

Menurutnya adat merupakan kekayaan dan dapat dijadikan semacam daya tarik untuk agenda pariwisata di Rokan Hulu, dicontohkannya kondisi kehidupan adat istiadat yang di Provinsi Bali yang begitu menjadi magnet wisatawan.

''Kuncinya kondisi kelestarian adat yang terjadi di Bali itu, terciptanya seiya sekata antara seluruh komponen baik masyarakat, pemerintah dan juga tokoh adat. Jika kita menginginkan daerah kita seperti di Bali, mari kita pertahankan tradisi adat istiadat ini,'' ajak Achmad.

Bupati dua periode in juga menyatakan Pemkab Rokan Hulu tidak akan lepas tangan terhadap eksistensi adat. Bentuk komitmen pemerintah itu dibuktikan dengan upaya pembangunan fisik untuk kepenetingan adat seperti pembangunan kantor lembaga kerapatan adat serta dukungan non fisik.

Bahkan menurutnya, bentuk simbolis dukungan itu telah dibuktikan dengan konsep pembangunan kantor pemerintahan memakai konsep 3 tongku sojorongan, gedung pemerintahan, gedung adat dan Masjid dibangun di segitiga emas menadankan bahwa pembangunan Rokan Hulu bertumpu pada 3 komponen ini.

''Belum ada daerah yang membangun gedung adat, gedung pemerintah dan masjid dalam satu kawasan secara fisik baru, di Rokan Hulu saja hal itu dilakukan, kita harapkan setelah dibangun secara fisik, impelentasi 3 tungku sojorongan ini bisa teraplikatif secara turun temurun,'' paparnya.

Ditambahkan bupati, kelemahan Rohul saat ini dalam menjaga kelestarian adat, karena masih sedikit tokoh dan datuk adat yang senang menulis, hal ini berakibat, tidak adanya referensi baik untuk sumber pembelajaran baik bagi generasi muda dan juga pengamat budaya.

''Kelemahan kita saat ini banyak datuk-datuk yang tidak suka menulis, sehingga catatan-catatan koba-koba yang hilang, sulit diwariskan, untuk saya minta, mulai saat ini, mulailah tokoh-tokoh adat ini menulis, tuangkanlah ilmu itu dalam sebuah buku sehingga, adat ini bisa terwariskan secara turun temurun,'' tutupnya.‪ (ram)