PEKANBARU, GORIAU.COM - Seorang Pilot Capt Ronny Djasril yang membawa pesawat charter dan jatuh diperairan Minahasa Utara ketika terbang menuju Papua. Penerbangan tanggal 3 Desember 2014 lalu dari Gorontalo menuju Ternate dengan tujuan akhir Papua dihantam cuaca buruk sehingga Pilot memutuskan memutar haluan ke Bandara Bandara Sam Ratulangi Makassar.

Namun 9 menit menjelang mendarat diduga pesawat terjebak awan Columnimbus sehingga pesawat terjun kelaut dekat pantai Kema Minahasa utara. Begitu kisah kesedihan keluarga anak semata wayang Narendra dan istri Sandry Andriyani yang juga merupakan ipar dari Wakil Ketua DPRD Riau Noviwaldy Jusman.

Noviwaldy ketika ditemui di ruang kerjanya yang tengah sibuk berkomunikasi dengan keluarganya di Minahasa Utara mengatakan, keluarganya itu terdiri dari istri dan anak juga mertua Capt Ronny baru pertama kali ke Manado melihat lokasi jatunya pesawat.

"Tadi mereka sedang berdoa di laut, sengaja saat ini baru bisa mereka kesana karena saya melarang jika mental belum siap," cerita politisi Partai Demokrat itu.

Ketika ditanya apakah tidak ada usaha Pemprov mencari warganya yang sampai dengan hari ini tidak ditemukan? "Entahlah, dulu saya sudah menjajaki ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah, katanya tidak ada anggaran, ya bagaimana lagi," lanjut Noviwaldy.

Biaya untuk mencari pesawat dengan peralatan canggih seperti Airasia QZ851 yang jatuh di Selat Karimata menurutnya cukup mahal. "Katanya gak bisa ya kami sudah pasrah, usaha SAR setempat selama 10 hari sudah, saya sampai menyelampun sudah, maka kami pasrahkan ke Yang Maha Kuasa, saya hanya mohon doa dari seluruh masyarakat Riau untuk adik kami almarhum Captaint Ronny," ulasnya.

Sebagaimana diketahui pesawat carter yang diduga berisi empat orang jatuh di Pantai Kema, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Selasa (2/12/2014). Istri Ronny adalah warga Pekanbaru yang menetap di daerah Rumbai.(rul)