PEKANBARU - Selain memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, Provinsi Riau ternyata juga memiliki berbagai objek wisata yang menakjubkan, salah satunya adalah air terjun yang tertinggi di Pulau Sumatera. Air terjun tersebut, berada diantara desa Lubuk Bigau, Kobun Tinggi dan Pangkalan Kapas Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Air terjun yang terletak ditengah hutan belantara, diapit oleh pepohonan hutan yang lebat dan dikenal masyarakat dengan nama Air Terjun Lubuk Bigau atau Air Terjun Pangkalan Kapas. Namun dalam situs resmi Dinas Priwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Riau, air terjun tersebut dinamakan Air Terjun Lubuk Bigau.

Air Terjun Lubuk Bigau ini diperkirakan masih paling tertinggi di Pulau Sumatera, karena ukurannya mencapai sekitar 150 meter, jauh lebih tinggi dari Air Terjun Lembah Anai yang hanya bekisar 60 meter atau Air Terjun Sipiso-piso yang tingginya hanya 120 meter. Tumpahan airnya menghujam langsung kebawah tanpa menyentuh dinding tebing yang menjulang tinggi ke ‘awan’.

Air terjun ini memang sangat menarik untuk dijelajahi terutama bagi wisatawn atau  traveler yang berjiwa petualang. Pemandangannya sungguh menakjubkan, karena air yang jatuh tanpa menyentuh dinding bebatuan, ditambah lagi dinding tebing yang menjulang tinggi terlihat seperti Lembah Harau yang ada di Sumatera Barat.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kadis Parekraf ) Riau Fahmizal Usman, para wisatawan juga bisa langsung melihat keindahan dari dasar air terjun yang sangat jelas nampak landscape yang luar biasa, dan ketika melihat ke bukit diantara air terjun itu akan terlihat pahatan batu pada bukit yang sangat indah. “Ini merupakan kekuasaan yang maha pencipta, karena ukiran alam dari lapisan bukit batu tersebut, membentuk relif-relif yang sangat indah,” ungkap  Fahmizal kepada GoRiau.com, Sabtu (28/11/2015).

https://www.goriau.com/assets/imgbank/29112015/terjun2jpg-3401.jpg

Fahmizal Usman juga menyebutkan, pada puncak air terjun tersebut seperti terlihat air yang keluar dari dalam batu dengan pohon dan semak yang menjuntai disampingnya. “Setelah ditelusuri oleh beberapa tim dari Disparekraf Riau, ternyata sungai diatas bukit tersebut dasar sungainya memang didominasi batu. Sungai itu mengalir diantara bukit berbatu dari arah Sumatera Barat,” tambahnya.

Keindahan luar biasa, nampak dari berbagai sudut di air terjun ini, dasar air terjun yang dipenuhi batu-batu berukuran super besar yang ditumbuhi lumut dan tumbuhan membuat pemandangan sejuk dan segar. Dari dasar hingga aliran sungai dipenuhi batu besar dengan suara air mengalir mengikuti rongga-rongga diantara tumpukan batu.

Disekeliling dasar air terjun dan sungai ditumbuhi pohon besar seperti Meranti, Tempayang, Kulim dan lain-lain. Tanaman perdu dan semak belukar juga mewarnai rimbun hijau disela-sela pohon besar.

Untuk menuju air terjun ini, dari Kota Bangkinang diperlukan waktu sekitar 5 jam perjalanan melewati Desa Hulu Air Sumatera Barat atau melalui kota kecil di Kecamatan Kampar Kiri Hulu atau yang sering dikenal dengan nama Lipat Kain. Bila dari Pekanbaru menuju Lipat Kain maka waktu yang dibutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan, namun untuk mencapai ke lokasi air terjun tersebut bisa sampai memakan waktu satu harian penuh.

Dari informasi yang berhasil diperoleh GoRiau.com, ada dua rute jalan menuju kawasan objek wisata Air Terjun Lubuk Bigau tersebut. Jika wisatawan memulai perjalanan dari Kota Pekanbaru arah Kota Bangkinang, yang pertama dituju adalah Desa Hulu Air, kabupaten Lima Puluh Kota Sumatra Barat, dan rute kedua adalah melalui Pekanbaru ke Lipat Kain Kecamatan Kampar Kiri hingga Kecamatan Kampar Kiri Hulu, paling tidak butuh lima jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor atau mobil hingga menuju desa terakhir tepatnya desa Lubuk Bigau Kecamatan Kampar Kiri Hulu.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/29112015/terjun1jpg-3402.jpg

Jika melalui Lipat Kain, para wisatawan harus menempuh medan yang sedikit berat dan membutuhkan waktu lumayan lama, kendaraan yang dipakai haruslah berkapasitas double gardan. Sebab untuk menuju desa Lubuk Bigau anda harus menempuh jalan tanah yang licin serta jalan yang berbukit-bukit dan tidak rata serta. Setelah sampai di desa Lubuk Bigau agar sampai dilokasi air terjun, para wisatawan masih harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki selama tiga jam.

Sudah dapat dipastikan perjalanan ini sangat melelahkan dan butuh tenaga ektra, tapi dijamin semua penat akan terbayarkan jika sudah sampai dilokasi, para wisatawan bisa dengan leluasa menyelinap disisi dinding tebing paling bawah dan baru akan menyadari kalau ternyata jarak antara anda berdiri, yakni antara dinding tebing dengan pusat air terjun yang tumpah lebih dari sepuluh meter. Jika berdiri beberapa saat dan mengarahkan pandangan kesisi depan, wisatawan  akan disuguhi dengan pemandangan yang tidak biasa, butiran-butiran air yang tumpah dari puncak tebing, menghujam tak berjeda dan mengaliri ribuan ton kubik air sepanjang harinya.

Sensasi sejuk akan segera menjalari tubuh anda, sebab perlahan-perlahan tempiasan air terjun mulai membasahi pori-pori kulit anda. Prosesnya nyaris sebagaimana embun menyentuh dedaunan yang kerap kita temui di pagi hari. Puas dari sana beranjaklah menuju kesisi depan, silahkan berdiri tegak diatas permukaan batu yang berada persis di pusat tumpahan air dan biarkan tubuh anda di hujani air.

Air terjun ini benar-benar masih alami dan terbilang masih jarang dijamah, tidak terdapat satupun bangunan seperti gazebo atau rumah-rumahan. Dan terlihat disekitar air terjun adalah hutan tropis yang lebat lagi tinggi, nyanyian burung murai, semilirnya angin dan bunyian percikan air serta tumpukan bebatuan berwarna hitam kecoklatan yang terhampar di sepanjang sisi aliran air yang telah membentuk layaknya anak sungai yang eksotis.

“Bagi wisatawan yang melakukan petualangannya ke Air Terjun Lubuk Bigau ini, disarankan membawa bekal yang cukup, seperti gula dan kopi untuk mengusir rasa dingin yang menusuk sampai ke tulang, disamping itu juga disarankan membawa lotion anti nyamuk dan peralatan kamping lainya, pokoknya dijamin wisatawan bakal ketagihan dan rasanya tak mau pulang kalau sudah kesana,” pungkas Fahmizal.

Untuk estimasi biaya perjalanan mulai dari Kota Pekanbaru sampai ke lokasi jika menggunakan kendaraan pribadi dibutuhkan dana sekitar Rp500 ribu melalui Lipat Kain, sedangkan biaya tanpa menggunakan kendaraan pribadi dibutuhkan sekitar Rp800 ribu sampai satu juta rupiah.***