PEKANBARU, GORIAU.COM - Statemen Asisten IV Setda Kota Pekanbaru Sentot D. Prayetno yang mengatakan bahwa penganggaran pengadaan tenda membran di kediaman Walikota Pekanbaru sebesar Rp2 miliar masih wajar, menuai protes. Bahkan, salah seorang kontraktor di Riau menuding telah terjadi mark up harga yang fantastis.

''Pejabat yang ngomong bahwa anggaran pengadaan tenda membran rumah dinas Walikota Pekanbaru sebesar Rp2 miliar adalah wajar, mesti dipertanyakan kapasitasnya, kompetensinya di bidang ini.'' ujar Syakirman, salah seorang kontraktor di Provinsi Riau, Ahad (19/10/2014) siang.

Seperti diberitakan, pengadaan tenda membran di rumah orang nomor satu di Pekanbaru sebesar Rp2 miliar yang dikerjakan oleh CV. Zahid Habib, mendapat sorotan dari masyarakat karena diduga telah di-mark up. Bahkan beberapa elemen masyarakat mengkritisi hal ini dengan berunjukrasa, seperti dilakukan LSM Bara Api, Jumat (17/10/2014).

Namun, Asisten IV Setda Kota Pekanbaru Sentot D. Prayetno mengatakan harga tenda membran sebesar itu masih wajar dan pantas. ''Pak Wali sering menyambut tamu-tamu dari luar di kediamannya hingga larut malam. Kalau kediamannya tidak representatif, tentu marwah Riau juga akan rusak,'' kata Sentot.

Namun soal kewajaran harga ini dibantah oleh Syakirman. Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Kontraktor Konstruksi Seluruh Indonesia (AKSI) ini lantas memperlihatkan print out harga membran produk Jerman milik PT. Nusindoprima Indah yang beralamatkan Jalan Kartini Raya No. 49 Jakarta Pusat.

Dalam brosur itu, Nusindoprima merilis harga jual membrane Jerman jenis 700 gsm, 850 gsm, 900 gsm, dan XTEN bahan tenda promosi 650 gsm dengan harga promo Rp28 ribu per meter. ''Jadi, saya perkirakan telah terjadi mark up fantastis dalam proyek tenda membran rumah dinas Walikota Pekanbaru ini,'' bebernya.

Syakirman lantas merincikan. Anggaplah luas tenda yang dipasang sebesar 2.500 meter, kendati luas kediaman Walikota Pekanbaru tidak seluas itu. Dan anggaplah harga tenda membran sebesar Rp100 ribu per meter, termasuk upah jahit per meter dan lain-lain. ''Setelah kita kalikan, baru dapat Rp250 juta,'' sebutnya.

Kemudian, lanjutnya, kerangka besi tenda untuk membran itu paling mahal Rp500 juta. ''Baru dapat Rp750 juta, terus kita tambahkan pajak 10 persen Rp75 juta, baru habis Rp825 juta. ''Sungguh terlalu mark up proyek ini. Jadi, kepada pejabat yang mengatakan harga proyek ini wajar, mesti diperiksa kemungkinannya ikut persekongkolan jahat menguras uang negara,'' pungkas Syakirman. ***