PEKANBARU, GORIAU.COM - BMKG memperkirakan musim kemarau Tahun 2015 berada pada keadaan normal. Fenomena El Nino tidak menguat, masih dalam kondisi normal sampai sedang sehingga musim kemarau tidak akan berkepanjangan. Namun demikian, BNPB dan BPBD tetap mempersiapkan rencana kontinjensi guna mengantisipasi keadaan.

Demikian pernyataan resmi Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho yang diterima GoRiau.com, kemarin. Menurutnya, sejak Bulan Mei ini sebagian besar wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau. "Puncak kemarau diperkirakan terjadi pada Bulan September," kata Sutopo.

Meskipun kemarau normal, lanjutnya, namun kekeringan dan krisis air diperkirakan terjadi di beberapa wilayah yang kondisi alamnya memang kering. Selain itu Juga karena ketersediaan airnya sudah defisit dibandingkan dengan kebutuhan air. "Beberapa daerah di Jawa, Bali, NTT, NTB, Lampung dan sebagian Sumatera diperkirakan akan mengalami krisis air seperti Purwakarta, Wonogiri, Purwodadi, Pacitan, Boyolali, Pantura Jawa, Tuban, dan lainnya seperti tahun sebelumnya yang memang rawan kekeringan," ungkap Purwo.

Kepala BNPB, Syamsul Maarif, telah meminta jajaran di BNPB dan BPBD untuk menyiapkan langkah-langkah antisipasi. Rencana kontinjensi disusun untuk mengatur strategi penanganan darurat kekeringan. Kekeringan bersifat slow on set. Artinya berlangsung secara perlahan sehingga lebih mudah mengatasinya.

"Untuk kelangkaan air dilakukan dengan pengerahan tangki air dan logistik ke daerah rawan kekeringan. Masyarakat diimbauan hemat air dan pengaturan air untuk irigasi pertanian. Gerakan pemanenan hujan, restorasi sungai, pengurangan risiko bencana dan perbaikan lingkungan lebih ditingkatkan," jelas alumni UGM ini.

Solusi jangka panjang mengatasi kekeringan, tambah Sutopo, perlu mitigasi struktural secara masif dengan pembangunan embung, bendung dan waduk. Tugas tersebut menjadi kewenangan oleh Kementerian PU Pera dan Kemen Pertanian.

"Dampak kemarau lain adalah potensi kebakaran hutan dan lahan yang akan terus meningkat. Umumnya pola hotspot di Sumatera dan Kalimantan akan banyak selama Juni-Oktober. Untuk itu antisipasi Karhutla terus dilakukan bersama dengan Kemen LH dan Kehutanan dan Pemda," tandas Sutopo. (wdu)