PEKANBARU, GORIAU.COM- Sabtu, 21 Maret 2015, sekitar pukul 19.30 WIB, sejumlah relawan Komunitas Rumah Biru tiba di RSUD Arifin Ahmad, di Jalan Hangtua, Pekanbaru. Mereka datang setelah mendapat informasi melalui broadcast BBM, bahawa ada balita bernama Sukna Clarissa (5 bulan) dirawat di RSUD Arifin Ahmad. Bayi yang biasa dipanggil Masha, putri dari Sukria ini, disebut dokter mengidap penyakit atresia billier atau penyumbatan saluran empedu.

Ibunda Masha mengatakan, penyakit itu sudah diderita putrinya sejak lahir. "Ketika umur 36 hari, saya membawa Masha ke bidan di Selat Panjang, karena badan Masha terlihat kuning dan feses yang keluar warnanya berbeda dengan bayi lainnya" kata ibunda Masha.

Atresia billier adalah kondisi bawaan (kongenital), yakni terjadinya penyumbatan pada tuba (saluran) yang membawa cairan dari hati ke kandung empedu. Atresia bilier terjadi ketika saluran empedu di dalam atau di luar hati tidak berkembang secara normal.

Awal lahir kondisi Masha terlihat normal, namun pada usia 2 minggu, kulit dan mata bayi malang ini terlihat menguning. Hal ini terjadi karena hati tidak mengeluarkan bilirubin, pigmen kuning dari darah. Biasanya, bilirubin diambil oleh hati dan dikeluarkan ke empedu. Namun, penyumbatan saluran empedu menyebabkan bilirubin dan elemen lainnya untuk membangun empedu dalam darah terganggu. Akibatnya, cairan yang terbentuk tidak dapat dibuang, hingga akhirnya membuat perut bayi lama kelamaan menjadi membesar. Hal inilah yang terjadi pada Masha, perutnya membesar, membuat bayi cantik ini tidak bisa bergerak dengan aktif.

Dokter yang menangani Masha, dr Tubagus menyarankan, Masha harus menjalani pecangkokan hati bila kondisinya memungkinkan. Ayah Masha, Sukria mengatakan, biaya untuk melakukan pencangkokan hati sekitar Rp970 juta sampai Rp1 miliar. "Kemarin saya sempat bertanya ke pihak RSCM Jakarta, bahwa biaya untuk melakukan pencangkokan hati sekitar 1 M. Kami juga sudah mengajukan ke pihak BPJS Kesehatan, pihak BPJS hanya bisa membantu biaya operasi Sukna sekitar 250 juta. Kami sangat membutuhkan bantuan untuk pengobatan Sukna, dan saya juga terimakasih kepada pihak wartawan yang telah menyalurkan berita mengenai Sukna ini," ucap Sukria.

Sukria hanya bekerja sebagai penjual jam di Selat Panjang, Kepulauan Meranti. Dia mengaku tak mampu mencarikan uang ratusan juta untuk biaya pengobatan putrinya, karena itu Sukri sangat mengharapkan bantuan dari berbagai pihak."Saya sangat berharap bantuan dari berbagai pihak agar anak saya bisa sehat," harapnya dengan lirih.

Sukri juga berterima kasih kepada para relawan. Rumah Biru yang telah menunjukkan kepeduliannya kepada Sukma.

Salah seorang relawan Rumah Biru, Siti Hajir, mengimbau masyarakat Riau mau menyisihkan sebagian rezekinya untuk membantu biaya pengobatan Sukna. "Bantuannya dapat disalurkan langsung melalui orangtua Sukna di RSUD Arifin Ahmad. Mudah-mudahan dengan bantuan dari berbagai pihak, Sukna bisa kembali sehat dan bisa tersenyum ceria seperti bayi-bayi normal lainnya," ujar Siti Hajir.rls