PEKANBARU, GORIAU.COM - Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memberikan kuliah umum di Kampus Universitas Riau (UR), Rabu (11/3).

Acara tersebut dihadiri Plt Gubernur Riau H Arsyadjuliandi Rachman, Pangdam I/BB Mayjen TNI Edi Rahmayadi, para Danrem di jajaran Kodam I/BB, para Dandim di jajaran Korem 031/WB, Dan Kasatdisjan, para rektor, dekan, dosen, ormas, tokoh masyarakat dan ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Riau.

Dalam kuliah umum Kasad mengatakan, kita sekarang sedang menghadapi proxy war, perang antara dua pihak yang tidak saling berhadap-hadapan, melainkan menggunakan pihak ketiga untuk mengalahkan musuh. Pada proxy war ini tidak dapat dikenali secara jelas siapa kawan dan siapa lawan.

Kasad mengajak mahasiswa mendukung program swasembada pangan. Kasad optimis target dua juta ton beras per tahun itu bisa terlampaui bila program tersebut diaplikasikan.

Kasad juga menyampaikan, program swasembada pangan itu realistis dan bisa diwujudkan.

Lebih jauh dijelaskannya, energi fosil pada tahun 2043 akan habis dan digantikan dengan bio energi. Sasaran konflik akan mengarah pada lokasi sumber pangan yang sekaligus merupakan sumber energi. Indonesia sebagai salah satu negara ekuator yang memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun, akan menjadi arena persaingan kepentingan nasional berbagai negara.  "Untuk itu, diperlukan langkah antisipasi dan persiapan yang matang agar generasi penerus bangsa Indonesia mampu menjamin tetap tegaknya keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Kasad.

Dengan adanya tuntutan kepentingan kelompok, sambungnya, telah menciptakan perang-perang jenis baru, di antaranya perang asimetris, perang hibrida dan perang proxy, sehingga kemungkinan terjadinya perang konvensional antar dua negara dewasa ini semakin kecil.

"Pemuda sebagai tulang punggung bangsa harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa tersebut untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara. Sejumlah aksi yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk menangkal proxy war, di antaranya dengan selalu mengidentifikasi dan mengenali masalah, ahli dalam bidang disiplin ilmu masing-masing, melakukan gerakan pemuda berbasis wirausaha, dan mengadakan komunitas belajar serta merintis program pembangunan karakter," ujarnya . rls