PEKANBARU, GORIAU.COM - Kenaikan Bea Keluar CPO (BK CPO) kembali menjadi penyebab turunnya harga Tandan Buah Segar (TBS). Kali ini harga TBS turun sebesar Rp 50,63/kg dari harga yang ditetapkan satu pekan sebelumnya.

Hal itu terungkap pada saat Rapat Penetapan Harga TBS yang dilakukan oleh Tim Penetapan Harga TBS Disbun Riau, Selasa (8/4/2014) di aula Disbun Riau yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Drs H Zulher MS.

Pada saat rapat tersebut diputuskan harga TBS per tanggal 9-15 April 2014 untuk umur 3 tahun adalah Rp 1.400,74/kg, umur 4 tahun adalah Rp 1.564,08/kg, umur 5 tahun adalah Rp 1.673,64/kg, umur 6 tahun adalah sebesar Rp 1.722,96/kg, umur 7 tahun adalah sebesar Rp 1.788,70/kg, umur 8 tahun adalah Rp 1.844,47/kg, umur 9 tahun adalah Rp 1.903,76/kg, umur 10 tahun keatas adalah Rp 1.956,78/kg. Sedangkan untuk harga CPO adalah Rp 8.630,93/kg dan PKO adalah Rp 6.200,75/kg. Biaya angkut Rp 163,15/kg, biaya Olah Rp 131,55/kg, biaya pemasaran adalah Rp 60,05/kg.

Zulher menyebutkan, pelemahan permintaan CPO Indonesia dari pasar internasional karena imbas kenaikan BK CPO yang ditetapkan oleh Kementrian Perdagangan RI dari yang sebelumnya sebesar 10,5% menjadi 13,5%. Negara Importir CPO lebih cenderung untuk membeli CPO dari Malaysia karena harga beli CPO Malaysia jauh lebih rendah dari CPO Indonesia. Hal itu disebabkan oleh BK CPO Malaysia yang hanya 5,5%; 8,5% lebih rendah dari Indonesia.

''Sudah tiga minggu ini harga TBS turun. Dari yang dulunya mencapai angka Rp 2.200/kg turun hingga Rp 1.956,78/kg. Hal itu disebabkan permintaan dari pengimpor yang kurang karena Bea Keluar kita yang semakin tinggi,'' ujar Zulher.

Jika kenaikan BK CPO merupakan sebuah kebijakan strategis nasional dengan alasan untuk peningkatan pendapatan negara atau pun kebijakan negara agar CPO tersebut agar diolah dalam negeri dalam rangka peningkatan penambahan nilai barang, maka dia mengharapkan BK CPO tersebut dapat dikucurkan ke daerah penghasil CPO. Diharapkan daerah-daerah penghasil CPO tersebut akan menjadikan dana tersebut untuk perbaikan Infrastruktur usaha perkebunan, Pengadaan pupuk murah untuk petani, peremajaan komoditas perkebunan, maupun yang lainnya.

''Bagi hasil BK CPO ini menjadi harapan daerah dalam rangka peningkatan produktifitas subsektor perkebunan. Kita harus akui, keuangan daerah tidak mampu menunjang program peningkatan produktifitas seperti peremajaan, pembinaan, pengadaan pupuk apalagi infrastruktur,'' papar Mantan Sekda Kampar ini.

Selain karena Bea Keluar yang tinggi, penurunan harga TBS juga disebabkan oleh dampak negatif issu lingkungan akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi selang beberapa waktu lalu. Dimana, Karhutla yang terjadi di beberapa provinsi di Indonesia menjadi telah menjadi sorotan negara pengimpor. Sehingga mereka, karena adanya tekanan dari NGO Asing juga mengalihkan pembelian CPO kepada negara lain seperti Malaysia.

''Kasus kebakaran yang terjadi kemarin itu mari kita jadikan pelajaran berharga. Bagi para petani, pengusaha perkebunan saya menghimbau untuk menjaga kelestarian lingkungan. Karena pengaruh issu tersebut sangat besar terhadap penjualan CPO kita,'' harap Zulher. (rls)