JAKARTA, GORIAU.COM - Pemanfaatan hutan gambut harus menerapkan pendekatan bentang alam untuk menjaga kelestariannya dan mempertahankan kemampuannya dalam menyerap dan menyimpan karbon.

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan di Jakarta, Selasa (16/9/2014) menyatakan ekosistem hutan gambut seperti di Semenanjung Kampar, berfungsi penting untuk pelestarian sumberdaya air, pendukung keanekaramanan hayati, dan pengendali iklim. Kawasan itu juga berperan penting secara sosial, ekonomi dan budaya.

''Pendekatan bentang alam memastikan pengelolaan hutan gambut dilaksanakan secara berkelanjutan dan terintegrasi dalam satu kesatuan ekosistem,'' kata Menhut pada peluncuran buku dokumentasi foto Semenanjung Kampar.

Buku disusun oleh tim pakar independen untuk kegiatan MRV (Measurement, Reporting, Verification) yang dibentuk Menhut untuk memantau dan memverifikasi dampak penerapan teknologi ekohidro di areal PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) terhadap kualitas ekosistem lahan gambut Semenanjung Kampar. Kegiatan MRV dilakukan selama satu siklus penanaman Acacia crassicarpa (2009-2014).

Ekosistem hutan Semenanjung Kampar telah ditetapkan sebagai kawasan hutan produksi, dimana pemerintah telah menerbitkan sejumlah izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu IUPHHK) baik hutan alam (HPH), hutan tanaman (HTI), maupun restorasi ekosistem yang sudah memberi sumbangan yang besar bagi pembangunan daerah dan nasional. Disana juga terdapat sejumlah areal perkebunan.

Untuk mendorong penerapan bentang alam terintegrasi, Kemenhut mendorong pengelolaan Semenanjung Kampar berbasis Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Tasik Besar Serkap seluas 513.276 hektare berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.509/Menhut-VII/2010 tanggal 21 September 2010.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/16092014/2jpg-1373.jpgPara Pemangku Kepentingan (Stakeholders) berfoto bersama Menteri Kehutanan RI, Zulkifli Hasan didampingi Presiden Direktur PT RAPP, Kusnan Rahmin, usai peluncuran buku dokumentasi kegiatan Tim MRV di Semenanjung Kampar, Selasa (16/9/2014) di Jakarta.Anggota tim MRV Profesor Muhajir Utomo menyatakan Semenanjung Kampar, yang merupakan salah satu ekosistem rawa gambut terluas di Sumatera menghadapi tantangan degradasi lingkungan akibat pembakaran, illegal logging dan dan sistem drainase berlebihan. “Untuk itu penerapan teknologi ekohidro pada pengelolaan HTI dengan pendekatan bentang alam dan mitigasi emisi gas rumah kaca sangat penting,” katanya.

Presiden Direktur RAPP Kusnan Rahmin menyatakan hasil MRV yang dilakukan tim pakar independen telah menunjukkan bahwa pengelolaan yang dilakukan oleh RAPP merupakan parktik terbaik pengelolaan HTI berkelanjutan di lahan gambut dan akan menjadi acuan bagi unit manajemen sektor kehutanan lainnya.

Hal itu, lanjut Kusnan juga mencerminkan keyakinan bahwa pengelolaan hutan yang bertanggung jawab dapat membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia, dengan membantu masyarakat lokal meningkatkan kualitas kehidupan mereka. “Kami percaya bahwa praktek kehutanan yang bertanggung jawab telah dan akan terus memberikan kontribusi positif bagi masa depan bangsa Indonesia,” katanya. (rls)