PEKANBARU, GORIAU.COM - Ekonomi melemah, sejumlah kegiatan masyarakat terhentikan, masyarakat gelar salat minta hujan, hingga anak-anak sekolah diliburkan. Semua itu ternyata belum 'menggerakkan' hati petinggi Riau untuk meningkatkan status bencana kabut asap dari Siaga menjadi Tanggap Darurat.

Jika dilihat, jarak pandang yang hanya berkisar 200 meter seperti di Kota Pekanbaru, seharusnya sudah bisa menjadi sarat bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau untuk menjadikan ini bencana nasional.

Namun Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau, H Arsyadjuliandi Rachman masih optimis bahwa kondisi ini bisa ditanggulangi. Berharap pergerakan semua Tim Satgas Darat dan Udara, ditambah operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menghasilkan hujan buatan.

"Kita masih berusaha secara maksimal melakukan pemadaman. Seluruh kekuatan kita turunkan agar titik api yang tersebar di sejumlah daerah bisa hilang," ujar Andi Rachman, Jumat (4/9/2015) di Pekanbaru.

Jika Pemprov Riau lebih mau 'mengedepankan' ketakutan masyarakat akan dampak kabut asap, mungkin kondisi ini sedikit bisa diantisipasi. Pasalnya, jika musibah kabut asap Riau ditingkatkan menjadi Bencana Nasional, makan akan mendapatkan bantuan secara besar-besaran dari pusat.

Sementara tebalnya kabut asap saja, 3 helikopter yang diandalkan Riau melakukan 'water bombing' (pemboman air) tidak bisa diterbangkan. "Nanti kalau (status) dinaikkan, kita dianggap gagal dan tidak bekerja," tegas Andi Rachman.***