PEKANBARU, GORIAU.COM - Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) dan Dosen Ilmu Tanah dan Lahan memberikan pemahaman wartawan tentang pengelolaan gambut lestari. Sarasehan media dengan Topik Pengelolaan Gambut Lestari di Riau ini digelar di Hotel Grand Central Pekanbaru. Belasan wartawan dari berbagai media lokal dan nasional mengikuti dengan antusias sarasehan tersebut.

Menurut Dr Suwandi, dosen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan dari IPB, tidak benar bila di lahan gambut dibuat kanal dan gambutnya kering menyebabkan emisi gas CO2 yang tinggi. Gas yang menyebabkan terjadinya pemanasan global itu terjadi oleh aktivitas tanaman yang ditanam di lahan gambut.

"Dari penelitian yang kami lakukan, bila lahan gambut dibuka tetapi tidak dikelola, emisinya sekitar 11,6 ton per tahun. Bila ditanam dengan akasia, saat akasia berumur 1 tahun, emisi CO2 tercatat 25,77 ton per tahun dan akasia berusia 3 tahun menjadi 52,42 ton per tahun. Namun selain mengeluarkan, tanaman juga menyerap CO2, tapi jumlah yang diserap belum diteliti," katanya.

Nana Suparna selaku ketua APHI memberi penjelasan mengenai upaya penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di lahan gambut di Riau. "Karhutla sering ditemui berasal dari lahan milik masyarakat. Karhutlka bisa diantisipasi bila pemerintah memberikan teknlogi kepada masyarakat dalam membuka lahan," katanya.

Sarasehan yang berlangsung setengah hari ini, sedianya akan dihadiri juga oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau. Namun mendadak narasumber ketiga tidak bisa hadir. Akibatnya materi atau informasi terkait Karhutlka dan penanggulangannya di lahan gambut tidak diperoleh peserta dari pihak BPBD.(wdu)