SELATPANJANG - Tekad pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Meranti yang katanya sangat memperhatikan kesehatan masyarakat sepertinya jadi tanda tanya besar. Pasalnya, ada rumor tak sedap bahwa banyak dokter enggan mengabdi di Meranti lantaran kurangnya perhatian dari pemerintah setempat.

Berdasarkan informasi yang dirangkum GoRiau di lapangan, sudah ada dokter yang mengabdi sejak tahun 2013 lalu keluar dari Kepulauan Meranti. Alasan kuat keluar diduga kurangnya perhatian Pemkab ditambah gaji Tenaga Harian Lepas (THL) yang terlambat dibayar.

Derita dokter spesialis yang THL, penghasilannya cuma dari gaji itu saja. Sementara di Selatpanjang tidak ada RS swasta sebagai tambahan penghasilan. Jadi kondisi keuangan yang berat ini memaksa dokter memilih hengkang.

Berdasarkan informasi diperoleh GoRiau dari orang terpecaya, Dr Spesialis Penyakit Paru yang merupakan kontrak THL yang bertugas sejak tahun 2013 telah meninggalkan Kabupaten Kepulauan Meranti. Ia diduga keberatan karena selama mengabdi tidak dapat fasilitas mess. Ia tinggal di Hostel atas RS sementara suaminya rutin datang. Ditambah lagi gaji THL terlambat dibayar. Ini membuat yang bersangkutan enggan memperpanjang kontrak di Kota Sagu.

Selain itu, beredar juga kabar bahwa ada dokter bedah yang akan keluar dari Meranti pada Bulan Juli mendatang. Dokter bedah ini informasinya baru dua bulan mengabdi di Kepulauan Meranti.

Sedangkan pada Bulan Oktober 2016, Dr Spesialis Kandungan tidak akan memperpanjang kontraknya yang berakhir. Ditambah Dr Sp Anak juga tidak memperpanjang kontraknya setelah berakhir pada Bulan Desember 2016 mendatang.

Untuk mengkonfirmasi kebenaran informasi yang diperoleh ini, GoRiau mencoba menghubungi Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Kepulauan Meranti dr Azharul SpOG, namun nomor hp nya dalam keadaan off.

Dari kejadian ini, kalau memang Pemkab Kepulauan Meranti memprioritaskan kesehatan masyarakat, haruslah cepat mengambil tindakan. Jangan sampai semua dokter hengkang dari Kota Sagu. ***