SELATPANJANG, GORIAU.COM - Tauhid Isro (45) gigih mengerjakan home stay di belakang rumahnya di Desa Sesap Kecamatan Tebingtinggi, Kepulauan Meranti, Riau. Dengan bermodalkan ilmu yang diperoleh dari Lampung, Isro membangun home stay bernuansakan melayu dengan peralatan kayu yang banyak tersedia di daerah Kepulauan Meranti.

Laki-laki kelahiran Sesap itu, ketika ditemui wartawan dan Sekretaris Disparpora Meranti H Ismail Arsyad, di home stay miliknya, Kamis (27/8/2015) siang bercerita panjang tentang hobi nya yang giat melestarikan budaya lokal. Menurutnya, Ia mulai tertarik membangun bernuansakan budaya lokal sejak Ia merantau ke Lampung tahun 1989 lalu. Satu tahun di Lampung, Isro mengaku langsung terjun ke pengolahan barang-barang atau ukiran untuk dibangun. Bangunan itu pun selalu bernuansakan budaya lokal setempat.Setelah melanglang buana ke beberapa provinsi, Isro kembali ke Desa Sesap pada tahun 2007 akhir.Saat pulang itu, Isro langsung menyisiri sudut daerah untuk melihat potensi kayu yang bisa diolah untuk pembangunan home stay atau bangunan bernuansakan budaya lokal. Tak lupa pula laki-laki berambut gondrong itu menjumpai sesepuh suku akit (yang kebetulan di Desa Sesap banyak suku akit), untuk bertanya tentang bentuk serta arti dari bangunan.Isro sendiri baru berkesempatan membangun home stay miliknya sendiri pada awal tahun 2015 ini. Home stay nya terbuat dari beberapa kayu kecil yang diletakkan dengan posisi tetak di setiap dinding. Penggunaan papan-papan kecil sebagai variasi melengkapi dinding yang dibangun layaknya jendela, namun berukuran tinggi. Papan yang digunakan untuk membuat kamar dilekatkan dalam posisi tegak (mirip dengan rumah warga suku tionghoa dahulu, red).Isro juga memanfaatkan kayu bagian pangkal untuk digunakan sebagai penyangga agar tegaknya meja. Sementara meja dibuat menggunakan papan yang melambangkan pulau-pulau yang ada di Meranti.Tangga naik dan tongkat rumah menggunakan batu. Tangga naik dibikin tiga sisi, dimana sisi kiri untuk tangga biasa, sisi tengah akan dilengkapi dengan aliran air, serta tangga sisi kiri akan dilengkapi dengan batu-batu kecil untuk refleksi. "Lumayan kalau untuk refleksi," kata Isro kepada GoRiau.Isro sendiri mengaku dengan membangun home stay ala Melayu itu, guna mempersiapkan Desa Sesap menjadi desa wisata. "Saya akan membangun balai adat suku akit, mangroove untuk wisata edukasi, serta beberapa tempat lain yang jelas dengan nuansa muatan lokal," kata Isro lagi.Kata Isro lagi, Ia juga sempat mengusulkan agar pembangunan kantor desa sesuai dengan muatan lokal setempat agar tidak menghilangkan budaya serta terasa lebih khas. Jadi, setiap desa di Meranti mempunyai jati diri yang kuat. Namun, usulan itu sempat ditolak karena pihak desa mengatakan bahwa pembangunan kantor itu sudah diatur."Kalau bangunan seperti bangunan eropa buat apa. Kita harus mengangkat budaya lokal. Dengan bangunan itu, setidaknya akan memperkuat jati diri kita. Kalau sekarang kok kita seperti hilang jati diri," ujar Isro lagi yang waktu itu juga mengungkapkan bahwa pihak Pemdes tidak merespon.Rupanya, keberadaan Isro di Desa Sesap sangat membantu Pemkab Meranti. Terutama beberapa SKPD yang ada di Kota Sagu itu. Isro sering dilibatkan untuk mendekorasi stand-stand yang akan dipertandingkan.Hal itu sebagaimana disampaikan Sekretaris Disparpora Kepulauan Meranti, H Ismail Arsyad. Kata H Ismail, Isro kerapkali membantu beberapa SKPD di Meranti untuk mendekorasi atau mendesign bentuk stand sesuai dengan tema ataupun tupoksi SKPD itu sendiri. Tak jarang pula stand tersebut mendapat juara. "Sering dia (Isro, red) membantu mendekorasi stand setiap kali ada even," kata H Ismail.Selain membantun home stay bernuansa melayu itu, Isro juga membangun miniatur beberapa balai adat suku akit. Seperti balai seksa, balai semuleh, dan balai tekena.(zal)