BANGKINANG, GORIAU.COM - Kepolisian Daerah Riau mendukung berbagai program untuk ketahanan pangan yang dijalankan Pemerintah Daerah Kampar melalui penandatanganan kesepakatan bersama tentang sinergitas tiga pilar pedesaan yakni Bhabinkamtibmas, Babinsa dan Kepala Desa/Lurah.

"Selama ini saya masih mendengar cerita dan berita lewat media massa. Namun sekarang saya berada di lokasi ini dan melihatnya langsung. Intinya, program-program yang dijalankan Pemda Kampar adalah upaya untuk meningkatkan hasil pertanian demi mewujudkan ketahanan pangan nasional," kata Direktur Bimbingan Masyarakat Polda Riau Kombes Pol Sugiono lewat pidato diacara penandatanganan kesepakatan kerjasama tersebut, Rabu sore.

Kegiatan itu dilaksanakan di kawasan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Karya Nyata, Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu dekat Hotel Wisata Tiga Dara.

Kombes Pol Sugiono ketika itu hadir mewakili Kapolda Riau Brigjen Dolly Bambang Hermawan. Dalam acara yang sama juga hadir sejumlah petinggi Polda Riau lainnya dan ratusan personel Bhabinkamtibmas serta para pejabat perusahaan perbankan.

"Kami selaku kepolisian yang memiliki anggota sampai ke pedesaan yaitu Bhabinkamtibmas, ikut bersama untuk mengawal pembangunan hingga ke tingkat desa. Termasuk dalam penguatan swasembada pangan di Riau khususnya Kabupaten Kampar," katanya.

Penguatan swasembada pangan kata dia, adalah untuk seluruh jenis pertanian, mulai dari padi, kedelai, cabai, bawang dan lainnya, termasuk perikanan dan peternakan.

"Semuanya ini ada di P4S Karya Nyata. Untuk itu, kepolisian akan terlibat untuk menyukseskannya bersama tiga pilar tadi, yakni Bhabinkamtibmas, Babinsa dan Kepala Desa/Lurah," katanya.

Tiga pilar tersebut, lanjut dia, akan bersinergi untuk bersama-sama mengawal pembangunan yang telah dicanangkan dan dijalankan oleh pemerintah daerah.

Untuk pelatihan di P4S, demikian Sugiono, pihaknya juga akan menerjunkan langsung personel untuk mengikuti pelatihan, mulai dari pertanian, perikanan hingga peternakan.

"Sementara ini yang dilibatkan masih dari wilayah Kampar terlebihdahulu, kurang lebih jumlahnya ada 70 personel. Namun akan terus bergulir sampai personel-personel itu memiliki keahlian daalam bidang pertanian, perikanan dan peternakan untuk mendukung pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan," katanya.

Bupati Kampar Jefry Noer mengatakan, tiga pilar pedesaan yakni Bhabinkamtibmas, Babinsa dan Kepala Desa/Lurah adalah ujung tombak untuk memajukan masyarakat di pedesaan.

"Bagaimana masyarakat mau maju, sementara tiga pilar tersebut tidak memiliki keahlian. Maka perlu dilatih untuk meningkatkan perekonomian mereka. Nantinya, setelah memiliki keahlian, mereka akan diberikan dana pinjaman bergulir sehingga makmur dan sejahtera," katanya.

Jefry Noer menjelaskan, saat ini di kawasan P4S telah ada satu program unggul yakni Desa dan Rumah Tangga Mandiri Pangan Energi.

Program tersebut merupakan program masuk dalam 3 Zero "plus" target swasembada pangan dan energi. Program ini mengedepankan pemanfaatan lahan sempit untuk menghasilkan berbagai kebutuhan rumah tangga yang lebih dari cukup.

Di atas lahan seribu meter persegi itu, lanjut dia, nantinya setiap rumah tangga dapat memelihara empat ekor sapi bila sapinya merupakan sapi Brahmana, namun bila yang dipelihara sapi Bali maka jumlahnya bisa enam ekor, dan untuk lahan seluas 1.500 meter persegi, maka akan bisa lebih banyak lagi.

Kemudian, dibangun pula lokasi untuk pemeliharaan ayam petelor dengan hasil lebih kurang 50 butir telor per hari. Selanjutnya juga ada kolam untuk perikanan. Sementara untuk tanaman, rumah tangga mandiri dapat menanam berbagai jenis sayuran yang menjadi kebutuhan pokok, mulai dari bawang, jamur, cabai, dan lainnya.

Selanjutnya dari sapi yang dipelihara tersebut, juga akan menghasilkan lebih kurang 40 liter urine per hari yang akan diolah menjadi biourine dimana harganya bisa mencapai Rp25 ribu per liter. Bio urine dapat digunakan untuk pupuk perkebunan berkualitas tinggi, begitu juga dengan kotoran padat yang dihasilkan sapi-sapi tersebut juga dapat menghasilkan biogas sebagai alternatif bahan bakar.

Jefry Noer mengatakan, melalui program ini masyarakat benar-benar akan sejahtera jika serius melaksanakannya. Karena hasilnya tidak main-main, bisa membuat masyarakat yang tadinya miskin menjadi jutawan dan tidak kebingungan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

"Mau masak tinggal beli garam, dan bumbu-bumbu saja. Mau bawang, cabai dan sayuran, tinggal dipanen di halaman rumah. Untuk masak, sudah ada biogas dan ikan yang dipelihara sendiri," katanya.

Jefry merincikan, jika program ini dijalankan dengan baik dan serius, maka hasilnya juga lebih dari memuaskan. Seperti biourine hasil dari kotoran cair sapi yang dipelihara, per bulannya dapat menghasilkan lebih seribu liter.

"Anggap saja yang jadi atau berhasil diolah itu 500 liter, artinya sudah menghasilkan uang lebih dari Rp6 juta. Belum lagi dari hasil pertanian dan perikanan yang jika serius dijalankan juga akan mendatangkan uang," katanya.

Pada program ini, Jefry Noer memberikan pembelajaran bagi masyarakat, bahwa banyak yang dapat dimanfaatkan dari lahan yang sempit. Bahkan inovasi yang dikedepankan memberikan pelajaran; bahwa ternyata limbah ternak memiliki harga jual yang melebihi harga dari hewan peliharaan itu.

"Dalam program ini, semuanya dibalik. Jika selama ini masyarakat menganggap sapi sebagai hewan ternak yang berharga, ternyata limbah atau kotorannya jauh lebih berharga. Bahkan air kencingnya bisa lebih mahal dari susu yang dihasilkan, bahkan lebih mahal dari minyak," katanya. (rls)