BANGKINANG, GORIAU.COM - Para petinggi Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani) Pusat dan Provinsi Riau meresmikan lahan percontohan Desa dan Rumah Tangga Mandiri Pangan dan Energi Kabupaten Kampar di kawasan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Karya Nyata, Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu.

''Sesuai dengan target, lahan percontohan ini selesai seratus persen dan telah diresmikan," kata Bupati Kabupaten Kampar Jefry Noer yang juga Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Perhutani Riau saat peresmian, Kamis (13/2) sore.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perhutani Isran Noor dikesempatan sama mengatakan, program ini menjadi percontohan bagi seluruh anggota dan ketua Perhutani masing-masing provinsi yang hadir.

Dia menjelaskan, peresmian lahan percontohan Program Desa dan Rumah Tangga Mandiri Pangan dan Energi ini dilaksanakan dilaksanakan disela kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Perhiptani ke XIV di Hotel Tiga Dara, Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kampar yang akan dilaksanakan Rabu (11/3) hingga Jumat (13/3).

Kegiatan ini dihadiri 60 orang anggota Perhiptani perwakilan 17 provinisi se Indonesia. Panitia juga mengundang sejumlah tokoh dan pakar pertanian nasional serta pejabat dari Kementerian Pertanian.

Bupati Kampar Jefry Noer mengatakan, Program Desa dan Rumah Tangga Mandiri Pangan dan Energi ini merupakan program terbaru yang lahir dari Program Lima Pilar Pembangunan yakni meningkatkan akhlak dan moral masyarakat, peningkatan ekonomi masyarakat, peningkatkan sumber daya manusia, peningkatan kesehatan dan peningkatan infrastruktur.

''Intinya adalah untuk membuat Kampar sebagai daerah 3 Zero, bebas kemiskinan, pengangguran dan rumah kumuh," katanya.

Program ini mengedepankan pemanfaatan lahan sempit untuk menghasilkan berbagai kebutuhan rumah tangga yang lebih dari cukup. Di atas lahan seribu meter persegi itu, nantinya setiap rumah tangga dapat memelihara empat ekor sapi bila sapinya merupakan sapi Brahmana, namun bila yang dipelihara sapi Bali maka jumlahnya bisa enam ekor, dan untuk lahan seluas 1.500 meter persegi, maka akan bisa lebih banyak lagi.

Kemudian, dibangun pula lokasi untuk pemeliharaan ayam petelor dengan hasil lebih kurang 50 butir telor per hari. Selanjutnya juga ada kolam untuk perikanan. Sementara untuk tanaman, rumah tangga mandiri dapat menanam berbagai jenis sayuran yang menjadi kebutuhan pokok, mulai dari bawang, jamur, cabai, dan lainnya.

Selanjutnya dari sapi yang dipelihara tersebut, juga akan menghasilkan lebih kurang 40 liter urine per hari yang akan diolah menjadi biourine dimana harganya bisa mencapai Rp25 ribu per liter. Bio urine dapat digunakan untuk pupuk perkebunan berkualitas tinggi, begitu juga dengan kotoran padat yang dihasilkan sapi-sapi tersebut juga dapat menghasilkan biogas sebagai alternatif bahan bakar.

Jefry Noer mengatakan, melalui program ini masyarakat benar-benar akan sejahtera jika serius melaksanakannya. Karena hasilnya tidak main-main, bisa membuat masyarakat yang tadinya miskin menjadi jutawan dan tidak kebingungan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

''Mau masak tinggal beli garam, dan bumbu-bumbu saja. Mau bawang, cabai dan sayuran, tinggal dipanen di halaman rumah. Untuk masak, sudah ada biogas dan ikan yang dipelihara sendiri," katanya.

Jefry merincikan, jika program ini dijalankan dengan baik dan serius, maka hasilnya juga lebih dari memuaskan. Seperti bio urine hasil dari kotoran cair sapi yang dipelihara, per bulannya dapat menghasilkan lebih seribu liter.

''Anggap saja yang jadi atau berhasil diolah itu 250 liter, artinya sudah menghasilkan uang lebih dari Rp6 juta. Belum lagi dari hasil pertanian dan perikanan yang jika serius dijalankan juga akan mendatangkan uang," katanya.

Pada program ini, Jefry Noer memberikan pembelajaran bagi masyarakat, bahwa banyak yang dapat dimanfaatkan dari lahan yang sempit. Bahkan inovasi yang dikedepankan memberikan pelajaran; bahwa ternyata limbah ternak memiliki harga jual yang melebihi harga dari hewan peliharaan itu.

''Dalam program ini, semuanya dibalik. Jika selama ini masyarakat menganggap sapi sebagai hewan ternak yang berharga, ternyata limbah atau kotorannya jauh lebih berharga. Bahkan air kencingnya bisa lebih mahal dari susu yang dihasilkan, bahkan lebih mahal dari minyak," katanya. (rls)