BAGANSIAPIAPI - Pasti sudah tidak asing lagi ketika kita mendengar objek wisata pantai Lapin, Rupat Utara atau lebih dikenal dengan pantai Rupat Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau.

Nama pantai Lapin semakin mencuat setelah beberapa warga Bagansiapiapi memasang foto keasrian pantai Lapin yang terletak di Tanjung Medang, Kabupaten Bengkalis melalui media sosial.

Pantai di Rupat memang tergolong objek wisata yang masih baru dibandingkan dengan pantai yang ada di Indonesia. Akan tetapi, pantai Rupat memiliki keunggulan yang tidak dapat ditemui di objek wisata tempat lainnya.

Pantai Rupat, memiliki pantai yang panjangnya mencapai 17 Km dengan air yang tenang. Pasir putih terhampar melandai sehingga bagi orangtua yang membawa anak anak tidak perlu khawatir jika mereka berenang agak ketengah karena garis pantainya cukup jauh.

Luas pasir yang terhampar lebar, mendorong para pemilik penginapan ingin membuat lapangan sepakbola dan Volly pantai. Dipantai Lapin, wisatawan juga dapat melakukan aktifitas permainan Jetskiing dan banana boat. Harga sewanya pun terjangkau. Misalnya, untuk sewa Jetskiing 20 Menit dipatok hanya Rp250 ribu. Sedangkan Banana boat Rp30 ribu per orang. Bagi wisatawan yang suka berpetualang, juga bisa melakukan jelajah dipinggiran pantai yang ditumbuhi hutan yang masih asri.

Menuju lokasi pantai Lapin dipulau Rupat, kita harus menyebrang menggunakan kapal Ro Ro dari pelabuhan TPI, Dumai. Tetapi ongkosnya lumayan mahal, Rp99.750 ribu per mobil dan Rp6.175 ribu per orang. Didalam kapal Ro Ro, tersedia aneka makanan dan minuman dengan harga terjangkau. Jadi jangan khawatir jika belum sempat sarapan. Hanya butuh 25 menit, kapal Ro Ro sudah merapat didermaga Batu Panjang,Rupat.

Jalan dari dermaga Batu Panjang menuju objek wisata pantai Rupat utara, cukup membuat kita was was. Selain melintasi jembatan berlobang, jalannya juga masih ada yang berbatu. Jadi disarankan agar membawa peralatan ganti ban yang lengkap.

Jarak tempuh dari dermaga Batu Panjang ke Rupat utara, paling lama menghabiskan waktu sekitar 3 jam. Menyusuri jalan, kita tidak akan pernah bosan melihat rumah penduduk yang berornamen ciri khas melayu. Senyum ramah penduduk Rupat menyambut kita dan untuk itu jangan sungkan jika bertanya karena mereka dengan senang hati akan membantu.

Berbagai kalimat puji pujian akan terucap ketika sudah mendekati garis memanjang yang memisahkan sisi pantai dengan pinggiran jalan. Kita bisa melihat pemandangan pantai dengan hembusan angin laut yang berasal dari selat Melaka.

Dari gerbang masuk, masih 50 meter lagi menuju pantai kita akan menemukan pantai berpasir putih. Banyak pengunjung sudah tidak tahan godaan dengan pantai ini dan langsung menceburkan diri ke airnya yang hijau jernih. Capek dalam perjalanan dalam sekejap akan hilang ketika melihat pinggiran pantai yang teduh ditumbuhi pohon pinus.

"Ini pengalaman pertama kesini. Tapi saya sangat puas dan sulit untuk mengungkapkannya. Rasa capek saya terbayarkan," kata Evie, warga Bagansiapiapi yang memboyong seluruh keluarganya menikmati keindahan pantai Sapin.

Lain lagi dengan Mery, dia sangat menikmati pemandangan pantai yang dangkal sambil memegang makanan. Dia pun beralih dari spot satu ke spot lainnya hanya untuk melihat pemandangan yang baru pertama dia lihat. Jika anda tidak membawa bekal, jangan takut karena banyak rumah warga dijadikan warung. Jika ingin bermalam, ada beberapa penginapan yang menyediakan kamar dipinggir pantai dengan harga Rp 150 ribu/kamar. Bagi tamu yang menginap, fasilitas MCK disediakan gratis. Setiap kamar bisa ditinggali 4 hingga 6 orang dewasa.

Ada juga pengunjung melirik rumah warga sebagai tempat penginapan alternatif. Harga sewanya tergantung negosiasi dengan pemilik rumah. Rumah penduduk sangat cocok jika kita datang membawa keluarga dan rombongan dengan suasana nyaman dan asri.

Sore berganti malam disaat mega merah dipinggiran pantai memudar, bau ikan bakar menusuk hidung. Menu ikan yang masih segar hasil tangkapan nelayan selalu ada ditiap penginapan. Kita bisa memilih jenis ikan Tenggiri atau ikan Senangin. Harga menunya bervariasi, minimal Rp70 ribu per Kg plus dengan nasi.

Malam berbintang, disaksikan bias cahaya lampu kota Malaysia yang dibatasi selat Melaka, sambil menikmati dimeja hidangan berupa Ikan Bakar, tumis kangkung dan sambal kecap. Menyantap makanan diatas hamparan pasir pantai dan dibelai lembutnya angin sepoi sepoi. Tanpa disadari, seluruh makanan licin tandas, tak bersisa sedikitpun. Usai menikmati makan malam, para pengunjungpun bergeser kembali berjalan jalan dipantai.

Menunggu matahari terbit, merupakan saat yang paling ditunggu tunggu dipantai Lapin. Karena pesonanya sangat berbeda pada saat matahari tenggelam. Sembari menunggu "sunrise", kita bisa mengisi kegiatan mencari umang umang ( sejenis siput laut yang muncul pada saat air sedang surut) disubuh hari. Siput ini sering dijadikan oleh oleh untuk permainan anak anak atau untuk penghias akuarium.

Ditengah kenikmatan pesona pantai Lapin, ada kisah cerita masyarakat tentang sejarah putri sembilan yang terkenal dengan kecantikannya. Alkisah, banyak bangsawan terpikat membawa wanita tempatan untuk dijadikan selir. Ketika kapal saudagar berlabuh dipulau Rupat, warga sangat khawatir jika sembilan orang putri yang masih turunan Siak akan dibawa oleh para saudagar. Para bangsawan acapkali membuat onar dan sering terlibat perkelahian hanya gara gara wanita.

Lalu, salah seorang warga berusaha menyembunyikan sembilan orang putri itu didalam sebuah sumur serta dibuat lobang sebagai sarana pernapasan. Namun sayang, ketika para bangsawan pergi, warga itu lupa mengeluarkan kesembilan putri tersebut. Akhirnya mereka tewas terkubur dalam lobang itu.

"Cerita itu dari mulut ke mulut dan diceritakan kembali oleh orang tua saya. Kubur putri sembilan masih ada sampai sekarang. Tidak jauh dari penginapan," kata Mukhtar (56), warga tempatan yang juga bekerja sebagai pengawas lingkungan sekitar penginapan. Dia juga mengingatkan untuk selalu menjaga pantangan di sekitar areal pemakaman.

Untuk mengingat sejarah keberadaan putri sembilan, Pemda setempat memagarinya dan tidak sedikit orang datang berziarah ke makam tersebut. Biasanya, pantai Lapin ramai dikunjungi wisatawan disaat bulan Syafar. Beberapa orang warga mengadakan mandi syafar dan melaksanakan ritual zapin api disumur tua.

Ritual itu dilaksanakan sejak tanggal 9 bulan 9 tahun 1999. Ritual semacam ini bertujuan kegiatan menolak bala. Mereka mandi dan berzikir serta melakukan tarian zapin di atas bara api.

Sayangnya, ketika wisatawan memadati Rupat, pemilik penginapan terpaksa menolak tamu karena kapasitas seluruh penginapan disana hanya tersedia 60 Kamar.

Kesadaran pengunjung juga sangat rendah karena apabila usai liburan maupun even perayaan ritual, sampah sampah berserakan dimana mana. Penduduk tempatan terpaksa berswadaya mengumpulkan sampah.

"Kita berharap pantai Lapin bisa dikelola dengan baik. Terutama menambah sarana air bersih dan tong sampah," kata Leo, pemilik penginapan.(amr)