TELUKKUANTAN - Di awal-awal pemerintahan Mursini - Halim sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, terjadi beberapa peristiwa yang sangat memalukan. Baik yang dilakukan oleh pegawai maupun oleh pemimpin Kuansing tersebut.

Atas dasar kasus-kasus tersebut, Khairul Ikhsan selaku pemerhati sosial angkat bicara. Ia mengaku geli melihat kebijakan yang diambil oleh Mursini - Halim terhadap honorer yang mesum saat jam kerja.

"Bukankah mereka sudah mengakui bahwa mereka mesum? Berpeluk-pelukkan di bulan puasa saat jam kerja, itu mesum. Dan jijiknya lagi, mereka menganggap itu hal yang lumrah," ujar Khairul dalam rilisnya yang diterima GoRiau.com, Jumat (25/6/2016).

"Nah, yang kita sayangkan adalah kedua pegawai mesum ini tidak mendapat sanksi. Kabar yang saya terima, karena keduanya merupakan tim sukses dan orang dekat Mursini - Halim," lanjut Khairul.

Perlakuan berbeda diterima oleh seorang ASN di Gunung Toar. Dimana, lanjut Khairul, hanya atas ucapan tim sukses yang belum jelas kebenarannya, bahwa pegawai tersebut tidak mengakui Mursini - Halim sebagai pemimpin Kuansing. "Bagaimana reaksi Mursini - Halim, mereka langsung perintahkan Sekda untuk pecat."

"Dalam kasus ini, Mursini - Halim terlalu lebay dalam menyikapinya," tegas Khairul. Menurutnya, jika pun benar pegawai tersebut tidak mengakui Mursini - Halim, hukumannya tak harus dipecat.

Mengenai mesum, Khairul berpendapat bahwa persoalan ini bukan hal sepele. Tapi sudah masalah moral dan penyimpangan akal sehat di pemerintahan. Apalagi, perbuatan mesum dilakukan di kantornya Mursini - Halim. "Ini jelas-jelas sangat memalukan dan menginjak-nginjak kode etik pemerintahan."

"Masyarakat sudah cerdas, pegawai yang indisipliner saja ada sanksinya, apalagi pegawai amoral. Kelakuan oknum pegawai tersebut tidak hanya merendahkan pemerintahan, tapi juga melecehkan negeri yang katanya beradat," terang Khairul.

Mahasiswa Kuansing yang ada di Pekanbaru ini menyayangkan kebijakan yang diambil oleh Mursini - Halim. Sebab, oknum pegawai mesum masih santai-santai saja ngantor memakai baju dinas. "Logikanya kemana ya? Tidak mikir atau bagaimana?"

"Apa bupati, wakil bupati dan Sekda tidak malu sekantor dengan oknum pegawai mesum? Atau memang tidak memiliki rasa malu sama sekali?" tutur Khairul. Ia meminta ketegasan dari Mursini selaku Bupati Kuansing dalam memberi sanksi. Sebab, ia menilai Mursini dikekang oleh tim suksesnya saat Pilkada lalu.

"Kan bupati seorang yang relegius dan tokoh adat. Kalau persoalan asusila ini didiamkan, saya khawatir, akan muncul paradigma negatif di masyarakat, bukan hanya citra bupati, tapi juga pemerintahan ke depannya," pungkas Khairul.***