SIAK SRI INDRAPURA - Profesor Josaphat Tetuko Sri Sumantyo Phd, ilmuwan dunia asal Indonesia ini memamerkan teknologi temuannya kepada Bupati Siak, Syamsuar. Seketika itu juga, Syamsuar tertarik dan mengapresiasi karya Josaphat. Bagimana tidak, Josaphat berhasil mengembangkan sistem radar yang dapat digunakan mencegah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Bukan hanya Syamsuar, semua orang yang ikut dalam Focus Group Discussion Universitas Islam Riau (UIR) berdecak kagum mendengarkan apa yang mereka dengar di Gedung Pasca Sarjana Universitas Islam Riau, Jumat (26/02/16).

"Sistem radar remote sensing yang kita kembangkan bisa memprediksi kejadian gempa dan tanah longsor, pemetaan tanah gambut, pemetaan potensi sumber daya alam, pemantauan karlahut dan lain-lain," jelas guru besar teknologi geologi Jepang ini.

Sambungnya, sistem radar yang ia kembangkan di Joshapat Microwave Remote Sensing Laboratory yang merupakan pusat riset remote sensing di Chiba University Jepang tersebut dapat berkerja akurat.

"Ada lima model satelit berkinerja akurat, misalnya untuk dapatkan info pergeseran tanah tiap jam atau setidaknya dua kali sehari yang bisa menolong nyawa banyak manusia," jelas Josaphat.

Dia juga menyebut dengan informasi data satelit ini, pemerintah daerah sebagai user bisa bertindak lebih cepat menangani bencana, karena 5 hari sebelum terjadi sudah bisa diketahui untuk dilaksanakan evakuasi. "Dalam satu tahun, pergerakan tanah satu milimeter pun bisa kita deteksi," imbuhnya.

Bupati Siak, Syamsuar yang diundang dalam acara tersebut, sedari tadi tampak antusias. Dukungan pun mengalir dari orang nomor satu Kota Istana ini.

"Saya bangga karena Karya Prof Josaphat ini luar biasa dan banyak sekali manfaatnya, misalnya untuk mengetahui perkiraan akurat berapa perkiraan cadangan minyak bumi yang dimiliki daerah, ini erat kaitannya dengan peluang investasi," ungkap Syamsuar.

Menurut Syamsuar, dengan alat ini pemetaan lahan gambut akan lebih mudah, sehingga kebijakan yang akan diberlakukan Pemda tepat guna dan tepat sasaran. "Kan tidak harus semua masyarakat menanam sawit, mengingat lahan gambut kita kedalanya bisa lebih dari 20 meter. Kaitannya deteksi titik karlahut," terang dia.

Ditegaskan Syamsuar, Pemerintah Kabupaten Siak yang telah menjalin kemitraan dengan UIR mendukung penuh kerjasama UIR dan Chiba University Jepang berkenaan alih teknologi dan terapan remote sensing.

"Ini tentu sangat dibutuhkan Pemkab. Khusus tentang karlahut, kita juga butuh teknologi baru yang dapat membantu Pemda deteksi dini dan pencegahan karlahut yang lebih akurat. Tentu UIR dan Chiba sudah siap membantu untuk ini," tutup pria tiga anak ini.

Selain Syamsuar, turut hadir dalam acara Focus Group Dissusion tersebut, diantaranya, Rektor UIR Detri Karya, utusan sejumlah instansi terkait Pemerintah Provinsi Riau, perwakilan PT Chevron Pasific, sejumlah guru besar dan dosen lintas keilmuan dari kampus UIR. ***