SELATPANJANG - Wakil Ketua Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia Jon Erizal SE MBA melihat peluang besar ada di Selat Melaka. Anehnya, hingga saat ini belum ada pihak (Indonesia, red) untuk memanfaatkan jalur lintasan perdagangan antara negara tersebut.

Menurut Jon Erizal ketika ditemui di Selatpanjang, Selat Melaka ini merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada hamba-Nya. Dimana, kata Jon Erizal lagi, negara luar harus menggelontorkan uang triliunan dollar untuk membangun terusan suez yang digunakan untuk memotong jalur perlayaran. Sementara saat ini kita sudah ada Selat Melaka, tinggal dicari cara bagaimana untuk menyentuhnya. "Itu yang harus dibuat studi (kajian, red) oleh Pemda setempat. Meminta itu jangan sepotong-sepotong. Kalau memang jadi kajian di Selat Melaka itu apa benefitnya buat nasional, kalau nasional sudah ada benefit tentu provinsi hingga kabupaten juga ada benefitnya," ujar Jon Erizal.

Politisi PAN ini juga mengatakan, meski dekat dengan wilayah perairan, namun belum juga ada pelabuhan yang memadai. Untuk Dumai saja, kata Jon Erizal lagi, pelabuhannya hanya begitu-begitu saja. Sementara, yang namanya wilayah lintasan pelayaran itu memang harus dilengkapi beberapa fasilitas supaya dapat menarik pemasukan dari sana. "Untuk satu hari saja, tidak kurang dari 200 kapal yang berlalu lalang di Selat Melaka. Mereka tentu ada kebutuhan pangan dan lainnya. Kemudian yang namanya laut itu, ada pula upah labuh upah tambah dan lain sebagainya. Ini akan menjadi pemasukan yang jelas," kata Jon Erizal lagi.

Disampaikanya juga, berdasarkan informasi yang Ia dapatkan dari sekitar 26 hingga 36 juta kontainer yang ada di Singapore, 6 hingga 10 juta kontainer rupanya berasal dari Indonesia. Tapi lucunya, kata Jon Erizal lagi, saat ini kontainer dari Indonesia terlebih dahulu masuk ke Singapore baru dibawa ke negara luar seperti China. "Ini kenapa tidak dibuat di Indonesia saja pelabuhannya. Terserah, apakah dibangun di Batam atau pulau-pulau lain di lintasan Selat Melaka," ujarnya juga.

Kemudian, Jon Erizal pun sempat berhitung secara kasar tentang pemasukan yang jelas dari jutaan kontainer yang memang berasal dari Indonesia. Kata Jon, andai ada10 juta kontainer masuk pelabuhan di Batam atau di pulau-pulau lain (yang dibuat), anggap saja dari kontainer 40 feet diperoleh 90 dollar tentu pemasukannya tidak sedikit untuk negara. "Hitungan ekonomi seperti ini yang harus dibuat. Pelabuhan itukan bisa dibangun melalui APBN maupun Swasta. Rencana ini lah yang perlu kita bahas bersama. bikinlah kajian-kajian yang melibatkan banyak pihak. Sehingga kita satu suara, sama-sama mengangkat ini ke nasional dan internasional. Dengan adanya Selat Melaka, daerah ini sangat strategis dan tidak ada lawannya," kata Jon Erizal.

Jon Erizal optimis andai ini dibicarakan semua pihak akan memberikan hasil yang maksimal. Ditambah, dengan visi misi Presiden RI Joko Widodo yang akan menjadikan poros maritim sebagai sektor utama tentu banyak pula hal-hal yang berkaitan dengan kelautan itu bisa diperoleh. Pemprov Riau harus segera menangkap peluang yang telah terbuka lebar dan memang sesuai dengan kebutuhan masyarakat banyak. Apalagi, lanjut Jon Erizal, kalau berbicara masalah tol laut itu, Riau telah mempunyai Selat Melaka, tinggal bagaimana menyentuhnya. "Tidak bisa tidak, kita harus bahu membahu membuat suatu formula untuk menyampaikan dan meyakini ini ke pusat," tegasnya. ***