PEKANBARU, GORIAU.COM - Titik kebakaran lahan atau hutan di Riau cenderung tidak stabil. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru menyatakan titik panas (hotspot) di daratan Sumatera terdeteksi oleh Satelit Terra dan Aqua kembali meningkat dari 16 menjadi 62 titik.

"Sebelumnya 16 titik panas tersebut tersebar di tiga daerah seperti Provinsi Aceh ada sebanyak delapan titik, kemudian Sumatera Utara terdapat tiga titik, dan di Riau terdeteksi ada lima titik," kata Analis BMKG Stasiun Pekanbaru, Ibnu Amiruddin kepada pers di Pekanbaru, Senin (10/2/2014).

Ia menjelaskan, untuk pagi ini sekitar pukul 05.00 WIB, "hotspot" di Sumatera kembali meningkat menjadi 62 titik tersebar di sebanyak lima provinsi.

Terbanyak kata dia berada di Provinsi Riau yakni mencapai 36 titik, kemudian Sumatera Utara terdeteksi sekitar 17 "hotspot". Sementara itu, lanjut kata Ibnu, sisanya berada di daratan Kepulauan Riau sebanyak enam titik, Aceh ada dua, dan Jambi terdapat satu "hotspot".

Ibnu mengatakan, bahwa sekitar 80 persen titik panas tersebut merupakan peristiwa kebakaran lahan yang merupakan penyebab munculkan kabut asap di berbagai wilayah kabupaten/kota di Riau.

Ia menjelaskan, bahwa naik dan turunnya jumlah "hotspot" yang terdeteksi oleh Satelit Terra dan Aqua merupakan kondisi yang terjadi dalam satu pekan terakhir.

"Itu bukan karena tertutup kabut asap kemudian satelit tidak mampu merekan titik kebakaran lahan. Karena Satelit Terra dan Aqua menggunakan sensor modis yang merujuk pada tingkat suhu udara di suatu wilayah, sehingga tidak akan terpengarus ketebalan kabut asap," katanya.

BMKG Stasiun Pekanbaru menurut dia, hanya melakukan pemantauan titik panas untuk kemudian menjadi rujukan bagi pemerintah dalam menanggulangi peristiwa kebakaran lahan atau hutan di Riau dan sekitarnya. (fzr/ant)