PEKANBARU - Gelisah melihat sampah-sampah yang tak dikelola dengan baik yang juga menganggu dan merusak  pemandangan lingkungan sekitar. Terutama sampah plastik yang membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk terurai, membuat pemilik Bank Sampah Dalang Collection, Soffia Seffen berpikir mencari akal bagaimana sampah sampah terbuang itu dapat bermanfaat kembali.

Hal tersebut ia ungkapkan saat mengisi Seminar Management Bank Sampah di Drego Hotel, Kamis (19/5). Pelopor Bank Sampah yang telah mendapatkan penghargaan Kalpataru dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2013 ini mengatakan sampah tersebut juga ikut menyumbang berkurangnya kerusakan alam dan kebersihan lingkungan.

''Kantor saya bekerja sering membuat pelatihan sampah bekas dan kebetulan saya panitianya. Disitulah awal ketertarikan saya dan seorang pejabat di Jakarta yang mengatakan saya memilliki kemampuan untuk mengelola sampah-sampah tersebut. Dan Alhamdulillah sekarang sudah punya 50 Bank Sampah di Pekanbaru,'' jelas Staff Bagian Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana.

Dari penuturannya, ia kerap melakukan sosialisasi di berbagai tempat mengenai bank sampah ini. Tujuannya sederhana, melalui bank sampah ini ia berharap tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin tinggi. Bank sampah ini sistemnya sama dengan bank komersil.

''Bukan uang yang disetor, tetapi sampah. Pertama kali buka bank sampah 1 kg harganya Rp 1.000. Ya, sistemnya hampir sama dengan mekanisme menabung. Jenis sampah yang dapat ditabung itu seperti sampah plastik, kertas, kardus, botol, bei tua, kaleng minuman dan lainnya. Semua itu akan dibuatkan 50 jenis kerajinan, seperti tas, sandal, lemari dan yang lainny. Para pekerja dan donor sampah juga dapat menambah pundi-pundi keuangan mereka,'' ucapnya.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/19052016/foto1jpg-4618.jpgDeputi Direktur RAPP, Rudy Tianda, Pelopor Bank Sampah Dallang Collection, Soffia Seffen berfoto bersama dengan peserta Seminar Waste Management, Kamis (19/5). Saat ini sampah rumah tangga tidak dikelola dengan baik sehingga barang tersebut akhirnya tidak memiliki nilai guna.

Satu dari puluhan peserta seminar, Roni Setiawan mengapresiasi kegiatan yang diadakan oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) bersama Komunitas Peduli Lingkungan (KPL) ini. Sebab, saat ini sampah rumah tangga tidak dikelola dengan baik sehingga barang tersebut akhirnya tidak memiliki nilai guna.

''Kami sangat tertarik untuk ikut dalam seminar ini. Karena dapat mengambil ilmu dari Ibu Soffia. Sebagai mahasiswa kami harus peduli dengan lingkungan agar dapat ditiru masyarakat. Saya melihat dari sampah ini dapat mendatangkan keberkahan dari hasil daur ulangnya, misalnya keuntungan materi,'' tuturnya.

Ketua Umum KPL Riau, Andi Supriadi mengatakan kegiatan ini sangat bermanfaat, karena sampah tersebut dapat mencemari lingkungan. Dengan adanya bank sampah ini, ia menilai sampah-sampah yang awalnya tidak berguna menjadi bahan yang dapat dimanfaatkan.

Sementara itu, Deputi Direktur RAPP, Rudy Tianda mengatakan kegiatan ini digelar karena permasalahan sampah tidak ada habisnya dan konotasi sampah itu dinilai sesuatu yang kotor serta tidak bernilai. Lewat seminar ini, perusahaan mengajak anak muda untuk mengelola sampah menjadi bahan yang bernilai ekonomis. Rudy pun yakin sampah dapat menjadi industri kreatif di Indonesia.

''Kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Sesuai dengan cita-cita RAPP, yakni good for the community, good for the country, good for the climate, good for the company,'' tutupnya. ***