PEKANBARU, GORIAU.COM - Ruang penampungan imigrasi Pekanbaru yang sebenarnya diperuntukan bagi WNA yang melanggar peraturan keimigrasian, kini penuh sesak oleh imigran asal Timur Tengah yang mencari suaka politik. Jumlah mereka terus bertambah meskipun sudah ada yang dikembalikan ke negara asal mereka.

Menurut Kepala Seksi (Kasi) Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian (Wasdakim) Zakaria, Selasa (11/11/2014), kapasitas ruang penampungan yang ada di Kantor Imigrasi Pekanbaru sebenarnya hanya cukup untuk 10 orang. "Namun ruangan tersebut, saat ini ditempati oleh lebih dari 30 imigran gelap. Meskipun International Organization for Migration (IOM) memberikan tempat penampungan di beberapa penginapan di Pekanbaru, namun mereka lebih suka berada di sini, lebih bebas," kata Zakaria.

Negara asal para imigran tersebut, lanjutnya, sangat beragam. Ada yang berasal dari Afganistan, Iran, Iraq, Palestina dan Syiria. Ada juga imigran yang berasal dari negara Asia seperti Myanmar dan Pakistan.

"Menurut data kita, jumlah keseluruhan imigran di Pekanbaru sekitar 480 imigran. Ini jumlah yang berhasil didata. Namun diperkirakan, jumlah mereka jauh lebih besar dari jumlah tersebut," terang Zakaria.

Selain memiliki ruangan untuk penampungan WNA bermasalah di kantor, Kantor Imigrasi juga memiliki rumah detensi imigran (Rudenim) di belakang purna MTQ. Rudenim ini cuma ada di 13 kota di Indonesia. Bila ada Rudenim yang belum over kapasitas, maka para imigran gelap tersebut dipindahkan ke sana.

Dijelaskan Zakaria, tujuan utama imigran gelap adalah negara Australia. Indonesia hanya menjadi tempat transit. Namun karena Australia sudah tidak lagi menerima kehadiran mereka, akibatnya mereka stay lebih lama di Indonesia.

"Alasan mereka keluar dari negaranya, karena di negara mereka tidak aman akibat perang. Oleh karena itu, IOM tidak bisa mengembalikan mereka bila keselamatan mereka terancam. Mereka akan berada di sini sampai ada negara ketiga yang mau menerima keberadaan mereka," tadas Zakaria.(wdu)