JAKARTA, GORIAU.COM - Ketua Komisi IV DPR RI, Firman Subagyo mengkritik rencana pemerintah Joko Widodo yang hendak membuka kembali kran impor gula mentah. Menurut Firman, dengan dibukanya kran gula mentah, sama saja pemerintah menyerah oleh permainan mafia.

''Kelangkaan gula ini rekayasa saja," kata Firman, di Jakarta, Senin 23 Maret 2015.

Pemerintah mestinya melakukan pemetaan dulu berapa sebenarnya kebutuhan gula nasional. Karena kalau melihat produksi gula nasional masih cukup untuk memenuhi kebutuhan gula di sektor konsumtif. Bahkan surplus. "Ada surplus kalau enggak salah 2 jutaan ton," kata politisi Partai Golkar tersebut.

Namun memang untuk memenuhi kebutuhan gula di sektor industri memang masih kurang. Tapi pemerintah sendiri, tak punya data berapa sebenarnya kebutuhan untuk gula industri yang diperlukan. Kebijakan yang dilakukan, terlihat sporadis saja. Pengawasan pun lemah. Pada akhirnya, ketika terjadi kelangkaan gula, pemerintah selalu tergagap. Jalan instan pun ditempuh, membuka kran impor.

''Saya ambil contoh, bagaimana permainan di sektor gula. Di Blora misalnya dibangun pabrik. Tapi antara kapasitas produksi dengan ketersediaan bahan baku tak sebanding. Kapasitasnya besar, tapi ketersediaan bahan baku kurang. Akhirnya, demi alasan memenuhi kapasitas produksi, mereka minta impor. Jadi ini permainan saja," katanya.

Menurut Firman, pola-pola 'permainan' di sektor pangan memang selalu berulang. Tak pernah ada solusi yang sistemik dan menyeluruh yang menyentuh dari hulu ke hilir. Solusi selalu sporadis. Akhirnya, mudah saja pemerintah dipermainkan para 'mafia' pangan.

''Dan para pemain yang selama ini menikmati manisnya impor gula, ya ada di dalam pemerintahan itu sendiri. Ini yang harus diberantas," kata Firman. (gus)