PANGKALAN KERINCI - Membuka lahan pertanian tanpa bakar menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat. Hal ini harus dilakukan guna mencegah terjadinya kebakaran lahan dan hutan yang telah mengakibatkan bencana asap beberapa waktu lalu. Meskipun kebiasaan membakar sudah dilakukan sejak mereka memutuskan untuk bertani.

Hal inilah yang memotivasi Darwis (52), salah seorang peserta dari Desa Pelalawan, untuk mengikuti Pelatihan dan Bimbingan Pertanian Pembukaan Lahan Tanpa Bakar Program Desa Bebas Api oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Riau (UR) di Balairung, Balai Pelatihan dan Pengembangan Usaha Terpadu (BPPUT) Community Development (CD) RAPP, Selasa (1/12).

"Jadi saat kita membuka lahan itu, pasti akan ada kayu yang menumpuk-numpuk. Saya dan juga kawan-kawan petani yang lain bingung bagaimana menghilangkan kayu-kayu yang menumpuk itu jika tanpa dibakar," ungkap Darwis.

Darwis mengakui, kebiasaan membakar lahan dan hutan sudah menjadi hal biasa di daerahnya karena minimnya peralatan mekanik yang dimiliki masyarakat.

"Iya (sudah biasa membakar.red), saya sebagai ketua kelompok tani tahu sekali bagaimana kondisi lapangan. Kayu banyak, semak banyak, nah kalau begitu kondisinya, gimana kita mau melanjutkan pertanian. Jadi terpaksalah kami membakar," ucapnya.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/02122015/rat2jpg-3464.jpg

Puluhan petani dan juga crew leader mengikuti Pelatihan dan Bimbingan Pertanian Pembukaan Lahan Tanpa Bakar Program Desa Bebas Api oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Riau (UR) di Balairung, Balai Pelatihan dan Pengembangan Usaha Terpadu (BPPUT) Community Development (CD) RAPP, Selasa (1/12).

Dia berharap melalui kegiatan Pelatihan dan Bimbingan Pertanian Pembukaan Lahan Tanpa Bakar Program Desa Bebas Api, dia mampu menemukan solusi dari masalah pertanian yang dia hadapi bersama rekan se-profesinya di Desa Pelalawan.

"Saya berharap dengan pelatihan ini, saya bisa menemukan cara bagaimana menghilangkan kayu-kayu yang menumpuk di lahan pertanian kami. Program ini sangat bermanfaat dan membantu kami membuka lahan dengan alat dari RAPP," ucapnya.

Dalam sambutannya, Direktur RAPP, Rudi Fajar, mengemukakan Pelatihan dan Bimbingan Pertanian ini merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan untuk mencegah terjadinya kebakaran lahan dan hutan.

"Selain berkewajiban menjaga konsesinya dari kebakaran, RAPP juga punya tanggung jawab menjaga wilayah sekitar di luar konsesinya dari ancaman kebakaran laha dan kita yakin penanggulangan sudah bagus, tapi harus ada pencegahan yang dilakukan semua pihak. Salah satu inisiasi RAPP yakni program desa bebas api dalam hal pembukaan lahan tanpa bakar. Kita memberikan pelatihan ini dan juga kita membantu membuka lahan dengan mekanisasi," ucap Rudi.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/02122015/rat3jpg-3463.jpg

Salah satu tim dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Riau (UR), Ruianda memberikan materi tentang pembukaan lahan pertanian tanpa bakar kepada para peserta Pelatihan dan Bimbingan Pertanian Pembukaan Lahan Tanpa Bakar Program Desa Bebas Api oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Balairung, Balai Pelatihan dan Pengembangan Usaha Terpadu (BPPUT) Community Development (CD) RAPP, Selasa (1/12).

Melalui kolaborasi semua pihak, Rudi meyakini kebakaran lahan dan hutan bisa ditekan hingga nol atau minimal turun dratis dari tahun-tahun sebelumnya.

"Kita mau sungguh-sungguh ajak semua pihak melakukan hal yang sama. Semoga yang kita lakukan saat ini bermanfaat dan para peserta dapat menerapkan good agriculture practices," pungkasnya.

Sementara itu Dekan Fakultas Pertanian UR, Usman Pato mengemukakan kegiatan pelatihan ini sejalan dengan tri darma perguruan tinggi untuk mengabdi kepada masyarakat.

"Kita akan memastikan hasil kajian dalam teknologi bisa tepat guna. Ke depan, petani harus mendapat sertifikasi untuk mendapatkan produk yang baik. Program ini sangat efektif untuk menekan karhutla di lahan pertanian sehingga petani bisa mendapat sertifikat dengan tepat," pungkasnya.

Para peserta Pelatihan dan Bimbingan Pertanian akan menerima 10 modul materi mulai dari pembukaan lahan, strategi penanaman, budidaya sampai pada kelembagaan kelompok tani dari tim ahli Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Riau (UR) selama tiga hari sejak 1 hingga 3 Desember 2015. (rls)