JAKARTA, GORIAU.COM - Pemerintah akan mendorong pembangunan 10 industri prioritas, sesuai dengan Rencana Strategis 2015-2019 untuk menciptakan dunia industri Indonesia yang tangguh, serta berdaya saing tinggi Pernyataaan itu disampaikan Sekjen Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat mewakili Menteri Perindustrian dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Bidang Koordinator Asosiasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Jakarta, Rabu (16/9/2015).

Syarif mengharapkan percepatan pembangunan 10 industri strategis itu sangat membutuhkan masukan dari asosiasi usaha yang ada di Indonesia. ''Masukkan dari asosiasi sangat penting agar Indonesia bisa keluar dari berbagai persoalan seperti krisis yang terjadi saat ini''.

Pernyataan senada dikemukakan Ketua Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia Didiek J Rachbini dan Ketua Komtap I Bidang Koordinator Asosiasi, Kadin Tony Wenas. Menurut Didiek, salah satu yang perlu dilakukan di saat krisis adalah menggenjot ekspor, dengan memanfaatkan sumber daya di Indonesia, misalnya, sepatu, tekstil, dan minyak sawit.

Dalam hal ini, asosiasi berperan untuk membawa informasi dari luar negeri dan membuka peluang pasar. ''Kadin berperan untuk membuka peluang pasar bagi anggotanya''. Menurut dia, nilai ekspor Indonesia terus turun dalam lima tahun terakhir. Saat ini nilainya kurang dari USD 100 miliar per tahun dibanding sebelumnya yang mencapai USD 200 miliar per tahun. Saat krisis, nilai ekspor turun sehingga kemampuan ekonomi luar negeri Indonesia juga merosot.

Sementara itu Ketua Komtap I Bidang Koordinator Asosiasi Kadin, Tony Wenas, mengungkapkan kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta melalui peran asosiasi bisnis dalam program-program pembangunan industri ramah lingkungan (green development) harus menjadi prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus berpotensi menarik kembali investasi asing ke Indonesia. ''Pelemahan kurs rupiah yang melewati angka Rp 14.000 per dolar AS menjadi sinyal bahwa banyak investor asing yang siap keluar dari Indonesia. Karena itu, saat ini menjadi momentum yang tepat untuk mendorong investasi dalam negeri,'' kata Tony.

Menurut Tony, Indonesia mempunyai banyak peluang untuk pembangunan industri ramah lingkungan. Apalagi, dukungan asosiasi bisnis yang mewakili suara industri cukup besar. Mereka siap memberi dan menerima masukan dari pemerintah. Sinergi itu akan mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai harapan bersama. Mengutip pernyataan Badan Koordinasi Penanaman Modal, (BKPM), Tony Wenas memperkirakan proyeksi potensi investasi hijau untuk investasi dalam negeri dan investasi asing akan tumbuh rata-rata 20% per tahun hingga tahun 2019. Karena itu, insentif untuk investasi hijau merupakan prasyarat mutlak untuk menjamin tercapainya pertumbuhan investasi yang diharapkan.

Lebih jauh Tony mengungkapkan, persoalan krisis yang terjadi saat ini sebenarnya menjadi momentum yang tepat untuk mendorong investasi dalam negeri. ''Hanya saja, pemerintah perlu memberikan insentif bagi industri yang melakukan investasi ramah lingkungan,'' ujarnya.

Presiden Direktur PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) ini mengungkapkan, momentum krisis saat ini dimanfaatkan pihaknya untuk tetap berinvestasi. Menurutnya, APRIL Group sebagai induk usaha RAPP baru saja merealiasikan investasi sebesar Rp 4 triliun untuk membangun pabrik kertas baru pada semester pertama tahun ini, hal ini sejalan dengan visi Pendiri Grup Raja Garuda Emas (RGE) Group Sukanto Tanoto.

Ketika Presiden Jokowi mengundang para pengusaha dan pelaku bisnis untuk diminta pendapatnya dalam menghadapi masalah ekonomi nasional, beliau (Sukanto Tanoto) menyarankan untuk tidak panik dan pemerintah tetap mendorong pertumbuhan investasi di dalam negeri, kata Tony Wenas.

Dia mengungkapkan, pembangunan itu juga bertujuan untuk memacu dan meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah lokasi RAPP di Pelalawan, dan Riau. Saat ini, kapasitas terpasang industri pulp dan kertas nasional masing –masing sebesar 7,93 juta ton/tahun pulp dan 12,98 juta ton/tahun kertas dengan realisasi produksi 6,4 juta ton/tahun pulp dan 10,4 ton/tahun kertas. Pencapaian tersebut membuat Indonesia menjadi produsen pulp dan kertas terkemuka di dunia dimana industri pulp menempati peringkat 9 dan industri kertas peringkat 6, sementara di Asia menempati peringkat ke 3 untuk industri pulp maupun kertas. (rls)