JAKARTA, GORIAU.COM - Pelestarian keanekaragaman hayati perlu ditanamkan sejak dari dini. Demikian diungkapkan Teguh Triono, Direktur Program Pelestarian dan Pemanfaatan Berkelanjutan, Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati) saat menjadi. pembicara dalam acara Briefing Media bertajuk, ''Menuju Hari Hutan Internasional'' yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerja sama dengan Universitas Indonesia, Yayasan Kehati, Garuda Indonesia, GIZ-Forclime, Multistakeholder Forestry Programme, Korea-Indonesia Forest Center,  Perum Perhutani, dan i-Radio di Jakarta, Senin 23 Maret 2015.

Menurut Teguh, dengan mengenalkan keanekaragaman hayati kepada anak-anak dan remaja, maka itu sama saja bangsa ini telah menitipkan harapan kelestarian hutan di tangan mereka. Yayasan Kehati sendiri memiliki program partisipasi siswa sekolah dan mahasiswa untuk pembangunan hutan kota. Program dilakukan secara berkala. Lewat program itu, ia berharap generasi muda dapat meneruskan tongkat estafet pelestarian hutan Indonesia.

"Sekaligus berkontribusi pada perkembangan intelektualitas anak dan remaja," katanya.

Selain melalui siswa sekolah, Yayasan Kehati juga, katanya, telah aktif mendorong komunitas untuk melakukan pelestarian keanekaragaman hayati, baik secara in-situ atau di hutan dan habitat aslinya, maupun secara ex-situ atau di luar habitat aslinya. Program itu dilakukan melalui taman keanekaragaman hayati, hutan kota, kebun sekolah dan lain-lain.

Pembicara lainnya, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan bidang Revitalisasi Industri Kehutanan, Bedjo Santoso, mengatakan pemerintah sendiri sangat berkomitmen mengurangi laju deforestasi hutan. Apalagi Presiden Jokowi sudah bertekad juga untuk melanjutkan upaya pengurangan emisi 26 persen sampai dengan tahun 2020. Menurutnya, menjaga hutan adalah salah satu pintu masuk untuk menjawab permasalahan tersebut.

''Mari kita bersama-sama kembali menghutankan Indonesia. Bersama-sama kita galakkan kegiatan menanam pohon dimanapun kita berada dan turut membantu melestarikan hutan Indonesia," katanya.

Bedjo menambahkan, gerakan menanam dan memelihara pohon dapat berkontribusi menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca secara global. Selain itu juga dapat menurunkan luas lahan kritis di Indonesia.

Mengenai puncak peringatan Hari Hutan Internasional itu sendiri, kata Bedjo akan digelar pada 28 Maret 2015, bertempat di kawasan Kampus Universitas Indonesia, Depok. Dalam acara puncak, akan Program Partisipasi Siswa Sekolah pada Pembangunan Hutan Kota yang melibatkan empat sekolah yakni Sekolah Citra Alam Ciganjur, Sekolah Alam Indonesia Cipedak, Sekolah Semut-Semut dan Sekolah Dasar Ricci II, Bintaro.

"Keempat sekolah ini akan dilibatkan dalam kegiatan penanaman, perawatan tanaman dan akan membuat project sekolah berkaitan dengan hutan Indonesia,"katanya.

Sementara Jatna Supriatna, Kepala Pustlibang Perubahan Iklim UI yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut, mengatakan kegiatan penanaman hutan kota di UI merupakan bentuk dukungan terhadap implementasi UU Nomor 26/2007 tentang Penataan Ruang. Apalagi pemerintah menargetkan luas ruang terbuka hijau paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota.

Pembicara lainnya, Ismayadi Samsoedin dari Yayasan Sahabat Pohon Indonesia menambahkan, hutan kota memiliki fungsi dan manfaat untuk memperbaiki, menjaga iklim mikro dan daerah resapan air. Fungsi lainnya menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota, serta mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

"Upaya konservasi ex-situ pada ruang-ruang hijau di perkotaan, dan refungsionalisasi kawasan hijau, situ, danau, bantaran sungai sebagai daerah resapan air perlu dilakukan melalui pembangunan hutan kota dan ruang terbuka hijau yang terencana secara baik dan benar,"katanya. (gus)