PEKANBARU, GORIAU.COM - Ketua umum Pengurus Besar (PB) Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (Abkin)Prof. Dr. Mungin Edi Wibowo mengatakan kurikulum 2013 yang akan diberlakukan pada tahun pelajaran baru merupakan perkembangan pendidikan yang membutuhkan peran penting guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah. Kurikulum ini merupakan perubahan dari kurikulum KTSP, yang menggubah pola penjurusan menjadi pola peminatan di SLTA. Hal ini seiring bergulirnya kemajuan bahwa peserta didik harus digali bakat dan minatnya untuk kemudian ditempatkan pada pelajaran yang akan dia ambil.

"Kurikulum ini penyempurnaan kurikulum KTSP, sehingga peserta didik diberi kesempatan untuk memilih akan mendalami pelajaran yang ia minati," ujarnya, Sabtu (22/6) kemarin usai memaparkan materi dalam seminar nasional peran dan fungsi guru BK dalam implementasi kurikulum 2013, di PKM UIN Suska.

Prof. Mungin Edi Wibowo juga termasuk salah seorang tim perumus kurikulum 2013 ini. Dibeberkannya, pola peminatan di tingkat SLTA bukan sekedar pola pendidikan yang dipilih siswa. Misalnya, ketika siswa memilih pelajaran matematika, maka siswa tersebut harus dilihat terlebih dahulu kemampuannya dibidang itu. Begitu juga dalam memilih yang lainnya. Untuk melihat bakat dan minatnya tersebut, sangat dibutuhkan peran guru BK di sekolah.

"Inilah peran BK dalam implementasi kurikulum 2013, sehingga karakter atau minat dan bakat seorang siswa menjadi terukur," katanya.

Kalau siswa sudah dibantu memahami dirinya, pada intinya membantu siswa tersebut mencocokan pilihannya. Keinginan kuat memilih jurusan tersebut ada pada diri siswa itu sendiri.

Setelah memilih meminati pelajaran yang mana, kemudian dilihat perkembangannya apakah ada kesesuaian atau tidak.

"Jika ada yang tidak cocok, konseling perorangan bisa dilakukan," katanya.

Selanjutnya, hal ini juga berlaku mengarahkan pendidikan siswa ke jenjang yang lebih tinggi. Misalnya, jika cita-cita seorang siswa ingin menjadi dokter, akan dilihat dari kemampuannya sendiri.

"apakah cita-cita itu didukung oleh kemampuannya, yang sesuai dengan dasar-dasar keilmuan yang akan ia miliki atau tidak. Karena, tujuannnya supaya ia dibantu mencocokkan diri dengan cita-cita itu," katanya.

Menurutnya, usia produktif sangat melimpah di Indonesia. Sehingga perlu dibantu, supaya lebih produktif, inovatif dan kreatif, yang mampu menjadi andalan bangsa di masa depan.

"Arah kurikulum ini ke situ, mendesain secara baik bagaimana caranya supa siswa bisa didukung oleh potensi dirinya. Kalau tidak didukung oleh potensi dirinya, otomatis akan tidak berkembang," katanya.

Hal-hal teknis dan payung hukum terkait kurikulum ini sudah selesai, termasuk bukunya dan modulnya sudah lengkap. Sementara untuk mewujudkan peran guru BK di sekolah, akan dikuatkan melalui diklat dan pelatihan-pelatihan sebagai bekal implementasi pelaksaan kurikulum 2013. Sedangkan untuk kepala sekolah dikuatkan dengan pelatihan-pelatihan manajemen.

Secara teknis, idealnya untuk menangani 150 siswa diemban oleh satu orang guru BK. Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2004 tentang guru.Meskipun satu guru BK menanggung 150 siswa, ternyata Indonesia masih tidak seimbang. Karena, guru BK kalah banyak dari jumlah siswa.

Dipaparkannya, dari 33 ribu guru BK di Indonesia, menangani 19 juta siswa. Harusnya, 128 ribu guru BK yang dibutuhkan, atau kekurangan 92 ribu guru BK. Selain itu, guru BK di sekolah harus berlatar belakang s1 pendidikan bimbingan konseling.

Termasuk di Riau, Masih terdapat banyak kekurangan guru BK. Pasalnya, satu sekolah yang siswanya kadang mencapai 700 sampai 800 orang sementara guru BK nya hanya satu orang.

Sementara itu, ketua Abkin Riau, Prof. Dr. Zulfan Syaam, M.Si,pd mengatakan, kekuarangan tenaga BK disekolah akan terus dibenahi. Karena BK adalah bagian integral dari pendidikan apalagi menyambut kurikulum 2013.

Namun demikian, guru BK di Riau semakin lama semakin terlihat berkembang. Sedangkan kebijakan masing-masing sekolah sudah mulai menempatkan peran penting BK untuk pengembangan peserta didik.

Seminar nasional yang ditaja mahasiswa BK Fakultas Tarbiyah UIN Suska tersebut, sangat diminati oleh guru-guru BK se Riau. Hal itu dikatakan ketua jurusan BK Fakultas Tarbiyah UIN, Amirah Diniarti, S.PD, M.Pd, Kons.

Menurutnya, semula masa depan BK yang diragukan oleh banyak pihak, saat ini mulai dirasakan pentingnya. Maklum, guru BK di sekolah kadang masih dipandang sebagai pelengkap yang tidak setara dengan guru mata pelajaran lainnya. Padahal, guru BK berperan membantu mengembangkan potensi siswa, untuk mencocokkan dirinya dengan minat yang akan ia ambil.

"Apalagi dalam kurikulum 2013 nantinya, kalau tidak ada peran BK maka peminatan siswa tidak berjalan dengan baik. Jika ini terjadi otomatis perkembangan siswa tidak berjalan sebagaimana mestinya," katanya.

Hal itu juga diakui guru SMAN 1 Kuala Kampar, Penyalai Kabupaten Pelalawan, Tukinam. Guru BK yang datang jauh-jauh menggunakan transportasi air ini hanya untuk mengikuti seminar yang bertajuk BK dan Kurikulum 2013.

"Meskipun kami jauh, menghabiskan ongkos Rp500 ribu sekali berangkat, namun perkembangan harus dijemput ke luar. Kalau tidak, kami khawatir sekolah kami ketinggalan metode. Apalagi, sekolah kami sudah memahami bagaimana pentingnya peran BK di sekolah," ujar Tukinem.(kha)