Pawai Budaya sempena peringatan Hari Jadi Bengkalis ke-503 yang diikuti seluruh paguyuban dan elemen masyarakat serta pelajar berlangsung meriah dan semarak, Rabu (29/7/2015). Kendati jelang pelepasan, kota Bengkalis sempat diguyur hujan lebat, namun tak mengurangi semangat para peserta.

Dari pantauan di lapangan, pawai budaya langsung lepas oleh Bupati Bengkalis Herliyan Saleh, didampingi Wakil Bupati Bengkalis, Suayatno, Ketua DPRD Bengkalis, Heru Wahyudi, Pengurus LAMR Bengkalis dan seluruh ketua paguyuban.

Pada barisan terdepan, marching band Andam Dewi mempertunjukan kebolehan. Kemudian diikuti barisan peserta dari Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Bengkalis yang menampilkan adat pernikahan Melayu. Kemudian diikuti arak-arakan dari barisan Paguyuban suku Banjar, Bugis, Batak, Jawa, Sunda, Minang dan etnis Tionghoa. Masing-masing paguyuban menampilkan seni budaya masing-masing dan menyerahkan cenderamata kepada Bupati Bengkalis Herliyan Saleh. Seperti penampilan tarian piring dari Minangkabau, reog Ponorogo dari paguyuban Jawa, Barongsai dari etnis Tionghoa.

Kemudian di belakang barisan etnis Tionghoa, diikuti barisan dari masyarakat Kecamatan Bengkalis dan Bantan, para pegawai negeri sipil (PNS) di lingkup Pemkab Bengkalis, pelajar dari SLTP dan SLTA serta mahasiswa. Rute pawai budaya dimulai dari Lapangan Tugu, Jalan Jenderal Sudirman - Cokro Aminoto, Hang Tuah - Patimura dan berakhir di jalan Jenderal Sudirman.

Dalam sambutannya, Herliyan mengatakan kegiatan pawai budaya yang dilaksanakan sempena Hari Jadi Bengkalis ke-503 tahun 2015, menjadi ajang untuk melestarikan kekayaan khazanah budaya masyarakat berbilang suku yang ada di Kabupaten Bengkalis.

Budaya yang menjadi bagian dari jati diri anak negeri ini, menjadi perekat yang tak lapuk karena hujan, tak lekang oleh panas untuk mempersatukan seluruh lapisan masyarakat dari berbagai paguyuban yang ada di negeri junjungan ini, sehingga menjadi; seiya dalam berkata, seirama dalam melangkah, seiring dalam berjalan. Duduk sama rendah, dan berdiri sama tinggi.

Selain untuk mengambil pelajaran dan hikmah dari sejarah masa lalu, peringatan Hari Jadi Bengkalis yang setiap tahunnya dirayakan, juga menjadikan keberagaman yang dimiliki sebagai pelangi kebersamaan. Karena itu, masa boleh berlalu, era boleh berganti, namun eksistensi dan keberagamaman budaya yang kita miliki, sampai kapanpun, karena apapun, dan oleh siapapun, harus dilestarikan.

''Keberagaman yang kita miliki itu, harus tetap menjadi garda terdepan dalam meningkatkan semangat sama seperiuk, sama selesung dan kecintaan kepada negeri ini, kepada kekayaan khazanah budaya yang dimiliki. Kemudian, harus menjadi tameng pertama untuk menangkis dan menangkal dampak negatif budaya lain yang dapat mencabut akar budaya kita sebagai jati diri masyarakat di daerah ini,'' ungkap Herliyan.(ail)